Belakangan ini, nama Indonesia kembali menjadi sorotan di kancah global, namun sayangnya bukan dalam konteks yang membanggakan.
Kasus dugaan manipulasi laporan keuangan oleh startup eFishery dan laporan dari OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project) yang menempatkan salah satu mantan presiden Indonesia sebagai pemimpin terkorup dunia nomor tiga menjadi isu hangat yang mencoreng reputasi negeri ini di mata internasional.
Situasi ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana Indonesia dapat memulihkan citra investasi dan membangun kembali kepercayaan investor?
Akrobat Keuangan eFishery: Modus dan Fakta Mengejutkan
Kasus eFishery yang menghebohkan dunia bisnis beberapa waktu terakhir menjadi sorotan tajam para pelaku usaha, investor, dan masyarakat luas.
Perusahaan rintisan ini, yang sebelumnya dielu-elukan sebagai salah satu unicorn Indonesia dengan valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS, terungkap melakukan manipulasi besar-besaran dalam laporan keuangan dan operasionalnya.
Fenomena ini tidak hanya mengguncang ekosistem startup tanah air tetapi juga mencoreng reputasi Indonesia di mata dunia. (Video)
Hasil investigasi mengungkapkan bahwa sejak 2018, manajemen eFishery secara sistematis menyajikan dua laporan keuangan yang berbeda.
Laporan untuk kebutuhan internal mencatat pendapatan yang jauh lebih rendah dibandingkan laporan yang disajikan untuk pihak eksternal, termasuk investor global.
Contohnya, selama periode Januari hingga September 2024, pendapatan yang dilaporkan secara internal sebesar Rp2,6 triliun, sementara laporan eksternal menyebutkan angka fantastis Rp12,3 triliun, hampir lima kali lipatnya.
Perbedaan mencolok juga terlihat pada profit sebelum pajak. Laporan eksternal menunjukkan eFishery mencatatkan profit Rp261 miliar dalam periode tersebut, sementara laporan internal justru menunjukkan kerugian sebesar Rp578 miliar.