Keputusan mengejutkan Presiden Donald Trump untuk menarik Amerika Serikat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO= World Health Organization) memicu reaksi global yang signifikan.
Dalam perintah eksekutifnya, Trump menuduh WHO gagal menangani pandemi COVID-19 dengan tepat dan menuding adanya pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota.
Selain itu, Trump menganggap kontribusi finansial AS ke WHO terlalu besar dan tidak sebanding dengan kontribusi negara lain, seperti China. "World Health telah menipu kita, semua memperdaya Amerika Serikat. Hal ini tidak akan terjadi lagi," tegas Trump.
Trump juga menginstruksikan lembaga pemerintah AS untuk menghentikan sementara pendanaan ke WHO, mencari mitra internasional yang lebih kredibel, dan meninjau kembali Strategi Keamanan Kesehatan Global AS 2024.
Di sisi lain, China merespons dengan menyatakan keprihatinan atas keputusan ini dan menegaskan komitmennya untuk terus mendukung WHO. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menekankan bahwa peran WHO seharusnya diperkuat, bukan dilemahkan.
"China akan, seperti biasanya, mendukung WHO dalam memenuhi tanggung jawab," ungkap Jiakun dalam konferensi pers. Langkah ini menunjukkan niat China untuk memperkuat diplomasi kesehatan globalnya.
Mungkinkah China Menggantikan Peran AS di WHO?
Keputusan AS untuk keluar dari WHO menciptakan kekosongan besar dalam hal pendanaan, pengaruh politik, dan dukungan global. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah China dapat menggantikan peran AS? Berikut analisisnya:
1. Kemampuan Finansial dan Komitmen China
China memiliki kapasitas ekonomi besar yang memungkinkan peningkatan kontribusi finansial kepada WHO.
Meskipun kontribusi China saat ini masih lebih kecil dibandingkan AS sebelumnya, negara ini telah menunjukkan komitmen dengan mendanai proyek-proyek kesehatan global, termasuk mendukung negara-negara berkembang melalui program bantuan kesehatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah mengalokasikan dana untuk mendukung distribusi vaksin dan bantuan teknis di berbagai wilayah.
2. Pengaruh Politik dan Diplomasi
Melalui inisiatif "Health Silk Road," China telah menggunakan diplomasi kesehatan untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang.
Bantuan medis dan teknis yang diberikan selama pandemi COVID-19 memperlihatkan upaya China untuk meningkatkan pengaruh globalnya.
Namun, tantangan terbesar adalah persepsi global. Tuduhan AS tentang pengaruh politik China di WHO membuat beberapa negara bersikap skeptis. Upaya China untuk memperluas peran ini memerlukan transparansi yang lebih besar untuk mengatasi keraguan tersebut.
Untuk menggantikan peran AS, China memerlukan dukungan luas dari anggota WHO lainnya. Beberapa negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin memiliki hubungan baik dengan China, tetapi negara-negara Barat mungkin lebih memilih pendekatan kolektif melalui Uni Eropa.
Ketegangan geopolitik dengan negara seperti Jepang, India, dan Australia juga menjadi tantangan.
4. Peran Uni Eropa dan Negara Lain
Kemungkinan lain adalah kolaborasi multilateral. Uni Eropa, Jepang, Kanada, dan negara-negara lain dapat meningkatkan kontribusi mereka untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS.
Pendekatan ini memungkinkan pembagian tanggung jawab yang lebih merata di antara negara-negara maju, tanpa terlalu bergantung pada satu negara.