Pada Sabtu malam, 18 Januari 2024, jutaan pengguna TikTok Amerika dikejutkan dengan pemberitahuan bahwa aplikasi kesayangan mereka telah dilarang dan tidak lagi dapat diakses. (Baca selengkapnya di Reuters)
Larangan ini hanya berlangsung kurang dari 24 jam setelah Presiden terpilih Donald Trump, yang baru kembali menjabat, mengumumkan langkah untuk memulihkan akses TikTok di Amerika Serikat. Keputusan ini mencerminkan perubahan sikap Trump terhadap aplikasi yang sebelumnya dia anggap sebagai ancaman keamanan nasional.
TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance, perusahaan berbasis di Tiongkok, sebelumnya menghadapi ancaman penutupan dari Trump selama masa jabatannya pada 2020. Saat itu, kekhawatiran tentang potensi berbagi data pribadi warga Amerika dengan pemerintah Tiongkok menjadi alasan utama ancaman larangan tersebut.
Namun, baru-baru ini, Trump mengungkapkan bahwa ia memiliki "titik hangat di hati saya untuk TikTok," mengakui bahwa aplikasi ini telah membantunya menjangkau pemilih muda selama kampanye 2024.
Perubahan Sikap Trump dan Strategi TikTok
Trump menyatakan bahwa dia akan memperpanjang batas waktu sebelum larangan berlaku untuk memungkinkan negosiasi terkait keamanan nasional.
Salah satu usulannya adalah memastikan Amerika Serikat memiliki kepemilikan 50% dalam usaha patungan dengan ByteDance. Langkah ini bertujuan untuk memastikan data pengguna AS dikelola dengan aman, sekaligus mempertahankan popularitas dan operasi TikTok di pasar Amerika.
Keputusan ini, meski diterima dengan lega oleh pengguna, menimbulkan pertanyaan tentang potensi perubahan struktur kepemilikan TikTok dan dampaknya terhadap pengalaman pengguna.
"Saya teringat saat Elon membeli Twitter dan betapa dramatisnya perubahan itu," ujar Kelly Sites, kreator konten paruh waktu. Kekhawatiran serupa dirasakan banyak kreator, terutama mengingat pentingnya algoritme unik TikTok dalam keberhasilannya.
Fokus pada Transparansi, Inovasi, dan Hubungan Strategis
TikTok memiliki peluang besar untuk mengamankan posisinya sebagai salah satu platform media sosial paling dominan di dunia dengan berfokus pada transparansi, inovasi, dan hubungan strategis dengan pemerintah serta pengguna. Untuk mencapai hal ini, beberapa langkah strategis dapat diterapkan secara holistik.
Transparansi menjadi salah satu kunci utama. TikTok perlu membangun kepercayaan pengguna dengan meningkatkan keterbukaan terkait kebijakan privasi dan perlindungan data. Melalui inisiatif seperti audit independen terhadap keamanan data dan penyimpanan data di server lokal, kekhawatiran terkait privasi dapat diminimalkan.
Selain itu, komunikasi yang terbuka sangat penting, terutama di negara-negara yang sensitif terhadap isu keamanan data seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. TikTok dapat memberikan penjelasan yang jelas mengenai cara data pengguna diproses untuk mengurangi keraguan publik.