Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hati-Hati Investasi Berisiko Tinggi di Tahun 2025...!

4 Januari 2025   10:13 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI

Meskipun 2025 mungkin membawa tantangan baru, peluang tetap terbuka bagi investor yang bijaksana. Dengan memahami tren pasar, memilih instrumen yang sesuai dengan profil risiko, serta memperbarui strategi sesuai perubahan kondisi ekonomi, investor tetap dapat memanfaatkan momentum positif untuk mencapai tujuan keuangan mereka.

Langkah proaktif, seperti memanfaatkan teknologi analitik, mengikuti perkembangan ekonomi global, dan mengelola portofolio secara dinamis, dapat menjadi kunci untuk tetap unggul dalam situasi penuh ketidakpastian. Jangan lupa, investasi yang cerdas bukan hanya soal memilih aset terbaik, tetapi juga soal kesiapan untuk beradaptasi dengan perubahan.

Investasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapai kebebasan finansial dan mempersiapkan masa depan. Namun, tidak semua instrumen investasi menjanjikan keuntungan.

Dalam menghadapi tahun 2025, sejumlah instrumen diprediksi menghadapi tekanan besar yang membuatnya kurang menarik bagi para investor. (Sumber: CNN) 

Artikel sederhana dari mempelajari kejadian di lapangan ini akan membahas investasi berisiko di tahun mendatang berdasarkan analisis para pakar dunia.

1. Aset Kripto: Volatilitas dan Regulasi Ketat

Pasar kripto, yang sebelumnya menjadi primadona, diprediksi menghadapi tantangan berat di tahun 2025. Regulasi yang semakin ketat di berbagai negara, seperti penerapan pajak khusus dan pembatasan perdagangan, membuat lingkungan investasi ini lebih terkontrol tetapi juga lebih menantang.

Volatilitas tinggi tetap menjadi masalah utama. Sebagai contoh, harga Bitcoin dan Ethereum yang dapat melonjak hingga ratusan persen dalam waktu singkat juga dapat mengalami penurunan drastis dalam hitungan hari.

Selain itu, konsumsi energi besar untuk penambangan kripto menghadirkan isu lingkungan yang semakin diperhatikan oleh regulator dan masyarakat global.

2. Saham Energi Tradisional: Tertekan oleh Perubahan Tren

Saham sektor energi tradisional, seperti batubara dan minyak mentah, diperkirakan akan melemah akibat peralihan global menuju energi terbarukan dan elektrifikasi kendaraan. Beberapa negara mulai menetapkan target net-zero emissions yang agresif, sehingga permintaan terhadap bahan bakar fosil diproyeksikan menurun.

Selain itu, fluktuasi harga komoditas global dapat memengaruhi pendapatan perusahaan di sektor ini. Meski beberapa perusahaan mencoba beralih ke energi bersih, proses transisi yang memakan waktu lama dan biaya tinggi menjadi tantangan tersendiri.

3. Saham Teknologi: Risiko Valuasi Berlebih

Saham teknologi, meskipun populer, menghadapi risiko penurunan valuasi akibat kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi. Perusahaan teknologi yang bergantung pada pembiayaan murah atau dengan profitabilitas rendah, seperti startup berbasis teknologi, mungkin akan menghadapi kesulitan pendanaan.

Selain itu, persaingan ketat di sektor ini dapat menekan margin keuntungan. Misalnya, perusahaan di bidang kecerdasan buatan dan teknologi finansial perlu terus berinovasi untuk tetap relevan, yang memerlukan investasi besar dalam riset dan pengembangan.

4. Properti Komersial: Tantangan dari Tren Baru

Properti komersial, seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan, menghadapi tekanan besar akibat perubahan pola kerja dan belanja. Tren kerja jarak jauh yang terus meningkat mengurangi kebutuhan ruang kantor, sementara konsumen yang lebih memilih belanja daring membuat ruang ritel fisik kurang diminati.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga dapat mempersulit pemilik properti untuk mendapatkan pembiayaan baru. Meskipun sektor logistik mendapatkan keuntungan dari lonjakan e-commerce, hal ini tidak cukup untuk mengimbangi tekanan pada sektor properti komersial lainnya.

5. Emas: Popularitas yang Tergerus

Sebagai aset lindung nilai, emas sering menjadi pilihan di masa ketidakpastian. Namun, di tahun 2025, penguatan dolar AS yang diproyeksikan stabil dan popularitas aset digital seperti kripto dapat menekan harga emas.

Selain itu, dengan semakin banyaknya instrumen investasi alternatif yang menarik, emas kehilangan daya tariknya di kalangan investor muda. Meski begitu, emas masih memiliki peran penting sebagai diversifikasi portofolio dan pelindung nilai terhadap inflasi.

6. Obligasi Jangka Panjang: Risiko dari Kenaikan Suku Bunga

Kenaikan suku bunga global menjadi tantangan besar bagi obligasi jangka panjang. Obligasi baru dengan hasil lebih tinggi membuat nilai pasar obligasi lama menurun, sehingga investor menghadapi risiko kerugian jika harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global juga dapat memengaruhi stabilitas pasar obligasi. Dalam situasi ini, obligasi jangka pendek atau obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dengan peringkat kredit tinggi dapat menjadi pilihan yang lebih aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun