Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Mengapa Slow Living Bisa Membuat "Katak dalam Tempurung"?

27 Desember 2024   09:54 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Slow living & katak dalam tempurung, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.MicrosoftAI

Slow living, gaya hidup yang menekankan ketenangan dan kesederhanaan, sering kali dianggap sebagai solusi untuk mengatasi tekanan hidup modern.

Namun, di balik daya tariknya, slow living memiliki potensi untuk membuat seseorang terjebak dalam "tempurung" mereka sendiri jika tidak dijalani dengan bijak.

Artikel sederhana berdasarkan pengalaman ini akan membahas mengapa hal tersebut bisa terjadi dan bagaimana cara menghindari risikonya.

Keterbatasan Interaksi dengan Berbagai Perspektif

Kota kecil atau lingkungan yang mendukung slow living cenderung memiliki struktur sosial yang homogen.

Tanpa upaya aktif untuk memperluas wawasan, seseorang dapat terjebak dalam pola pikir lokal yang kurang membuka peluang untuk mengeksplorasi sudut pandang baru. Interaksi dengan budaya atau ide yang berbeda menjadi terbatas, sehingga potensi untuk berkembang secara intelektual dan emosional pun menurun.

Kurangnya Akses Informasi dan Edukasi

Meski internet kini tersedia hampir di mana saja, ritme hidup yang terlalu santai bisa membuat seseorang lengah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, atau tren global.

Kehidupan yang nyaman (comfort zone) sering kali membuat kita kurang terdorong untuk mencari informasi baru, yang akhirnya dapat menimbulkan rasa "tertinggal" dari dunia luar.

Zona Nyaman yang Sulit Ditinggalkan

Lingkungan yang tenang, dengan ritme hidup yang lambat dan tekanan yang rendah, memang menarik. Namun, zona nyaman ini dapat menjadi penghalang besar untuk mencari tantangan baru.

Kenyamanan sering kali membuat kita enggan untuk keluar dari rutinitas dan mengeksplorasi potensi diri di luar lingkungan yang sudah dikenal.

Minimnya Tantangan Mental dan Fisik

Kehidupan yang lambat dan nyaman bisa mengurangi stimulasi untuk berkembang. Ketika tidak ada tuntutan mental atau fisik, otak dan tubuh cenderung menjadi "malas" untuk menerima atau menghadapi tantangan baru. Ini bisa menghambat perkembangan pribadi dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun