Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Setelah AS, Neuralink milik Elon Musk Uji Coba Chip Otak di Kanada, Mungkinkah Sampai di Indonesia?

22 November 2024   09:28 Diperbarui: 22 November 2024   09:33 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Neuralink, perusahaan rintisan teknologi milik Elon Musk, kembali mencetak sejarah dengan mendapatkan persetujuan untuk meluncurkan uji klinis pertama di Kanada.

Langkah ini semakin mempertegas visi Neuralink dalam menghadirkan solusi revolusioner di dunia neuroteknologi, memberikan harapan baru bagi pasien yang selama ini terbatas oleh kondisi neurologis berat seperti kelumpuhan dan gangguan penglihatan.

Pada 20 November 2024, Neuralink mengumumkan bahwa otoritas kesehatan Kanada telah memberikan izin untuk menguji chip otak canggihnya. Uji klinis ini bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dan fungsionalitas awal perangkat yang memungkinkan individu dengan quadriplegia---kelumpuhan pada keempat anggota tubuh---mengendalikan perangkat digital hanya dengan menggunakan pikiran mereka.

Prosedur bedah saraf yang rumit ini akan dilaksanakan di University Health Network, Toronto, sebuah fasilitas kesehatan ternama yang telah dipilih Neuralink untuk menguji teknologi inovatif tersebut.

Keberhasilan Awal di Amerika Serikat

Langkah Neuralink di Kanada mengikuti keberhasilan awal di Amerika Serikat, di mana perusahaan telah menanamkan chip otak pada dua pasien uji coba. Salah satu pasien berhasil menggunakan perangkat untuk bermain gim video, sementara pasien lainnya mulai mempelajari cara mendesain objek 3D.

Hasil ini tidak hanya menunjukkan potensi besar teknologi Neuralink dalam memulihkan fungsi dasar, tetapi juga membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam meningkatkan kemampuan kognitif pasien.

Misi Ambisius Neuralink

Sejak didirikan pada tahun 2016, Neuralink telah menetapkan misi yang ambisius:

  1. Memulihkan mobilitas dan komunikasi bagi individu dengan kelumpuhan atau cedera tulang belakang.
  2. Mengembalikan penglihatan pada pasien dengan gangguan visual.
  3. Membuka peluang baru dalam interaksi manusia dan teknologi, melalui antarmuka chip otak yang ditanamkan di dalam tengkorak.

Pada bulan September 2024, Neuralink juga mendapatkan status "perangkat terobosan" dari FDA untuk teknologi eksperimental yang bertujuan memulihkan penglihatan. Pengakuan ini semakin memperkuat posisi perusahaan sebagai pelopor dalam bidang neuroteknologi.

Peluang dan Tantangan di Negara Berkembang

Meski menjanjikan, adopsi teknologi seperti Neuralink di negara berkembang, termasuk Indonesia, tidaklah mudah. Ada berbagai tantangan yang perlu diatasi:

  1. Biaya dan Aksesibilitas
    Teknologi ini memerlukan biaya yang sangat tinggi, sehingga aksesnya mungkin terbatas pada kelompok tertentu. Di Indonesia, mayoritas masyarakat belum memiliki akses merata terhadap fasilitas medis tingkat lanjut.
  2. Infrastruktur Medis
    Pelaksanaan prosedur ini membutuhkan infrastruktur medis mutakhir dan tenaga ahli yang terlatih. Saat ini, fasilitas seperti itu masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Indonesia.
  3. Kesadaran dan Penerimaan
    Masyarakat perlu diberikan edukasi tentang potensi manfaat teknologi ini. Isu budaya, agama, dan etika juga mungkin memengaruhi penerimaan publik terhadap neuroteknologi.

Namun, potensi teknologi ini di Indonesia tetap relevan, terutama untuk memberikan solusi medis bagi pasien pasca-stroke atau mereka yang menderita gangguan motorik akibat kecelakaan. Dengan dukungan pemerintah, kolaborasi global, dan pengembangan riset lokal, teknologi ini dapat diadaptasi untuk kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun