Shan Yin, seorang mahasiswa berusia 23 tahun dari Hangzhou, misalnya, menghabiskan 3.200 yuan untuk membeli barang-barang koleksi yang terkait dengan gim 'League of Legends' dan anime 'Noragami' serta 'Banana Fish'.
Bagi Shan, membeli barang-barang ini bukan hanya sekadar berbelanja, melainkan juga cara untuk mengatasi stres yang ia rasakan akibat studi tekniknya. "Cosplay dan membeli barang dagangan ini adalah cara bagi saya untuk mengatur emosi saya," ungkapnya. (Dikutip dari berita Reuters)
Kondisi ini mencerminkan bagaimana konsumsi barang koleksi, khususnya yang berhubungan dengan budaya pop, kini menjadi bagian dari cara anak muda mengelola emosi dan menyatakan identitas mereka.
Pengaruh Stimulus Pemerintah dan Dampak Belanja Daring
Meskipun ada pengumuman stimulus besar dari pemerintah Tiongkok yang mendorong pasar saham, pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumen selama Singles Day kali ini dipandang tidak terlalu signifikan.
Jacob Cooke, CEO WPIC Marketing + Technologies, menyatakan bahwa meskipun stimulus ini sedikit membantu pasar saham, itu bukanlah faktor utama yang mendorong belanja konsumen pada festival ini. "Itu jelas tidak merugikan," kata Cooke. "Tetapi apakah itu kontributor utama untuk yang satu ini? Mungkin tidak sebanyak yang akan kita bicarakan di 618 (festival penjualan tengah tahun) tahun depan."
Festival Belanja dan Perubahan Sosial
Singles' Day 2024 lebih dari sekadar ajang belanja besar-besaran. Festival ini mencerminkan perubahan yang lebih dalam dalam gaya hidup dan kebiasaan konsumsi masyarakat Tiongkok. Bagi banyak konsumen, terutama generasi muda, berbelanja bukan hanya tentang membeli barang, tetapi juga tentang memenuhi kebutuhan emosional dan psikologis mereka.
Dengan semakin banyaknya platform e-commerce dan media sosial yang memainkan peran besar dalam menciptakan tren konsumsi, belanja daring tidak hanya menjadi tentang barang yang dibeli, tetapi juga tentang cara konsumen mengekspresikan diri, mengatasi stres, dan berhubungan dengan budaya populer.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, fenomena ini menunjukkan bahwa, meskipun banyak konsumen yang lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang, festival belanja seperti Singles' Day tetap memiliki daya tarik yang kuat.
Acara ini bukan hanya soal mendapatkan diskon besar, tetapi juga tentang bagaimana festival ini beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang semakin kompleks. Dari barang-barang premium hingga barang koleksi yang berkaitan dengan hobi dan identitas, Singles' Day semakin mencerminkan perubahan sosial dan budaya di Tiongkok.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)