Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kabar Baik untuk Emak-Emak, Tupperware Bangkit Kembali dari Ancaman Kebangkrutan

6 November 2024   20:10 Diperbarui: 6 November 2024   20:15 3477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal & Flyer Tupperware

Tupperware, dari Inovasi Dapur ke Ikon Keluarga

Tupperware pertama kali didirikan oleh ahli kimia Earl Tupper pada tahun 1946 di Massachusetts, Amerika Serikat. Produk wadah plastik kedap udaranya segera menjadi solusi populer untuk menjaga kesegaran makanan di masa-masa sulit pasca-Perang Dunia II dan Depresi Besar.

Dalam waktu singkat, Tupperware menjadi bagian penting di dapur banyak keluarga di seluruh dunia. Tupperware kemudian memperkenalkan pesta Tupperware, sebuah strategi pemasaran inovatif yang mendobrak batasan penjualan tradisional dengan model penjualan langsung.

Banyak ibu rumah tangga berperan sebagai tenaga penjualan, mendapatkan penghasilan tambahan melalui pesta-pesta Tupperware di lingkungan mereka. Melalui model ini, Tupperware bukan hanya menjual produk, tetapi juga membangun komunitas loyal yang erat.

Tantangan Besar di Tengah Persaingan Pasar

Namun, popularitas Tupperware mulai terkikis oleh persaingan dari produk-produk baru seperti Rubbermaid dan OXO. Seiring berjalannya waktu, konsumen juga mulai beralih ke wadah kaca yang dianggap lebih ramah lingkungan dan aman.

Selain itu, kebiasaan berbelanja masyarakat yang mulai meninggalkan penjualan langsung semakin mengurangi daya tarik pesta Tupperware.

Ketika pandemi COVID-19 melanda, penjualan Tupperware sempat melonjak karena lebih banyak orang memasak di rumah. Sayangnya, momentum ini hanya bertahan sementara, dan Tupperware terus bergulat dengan utang yang mencapai lebih dari USD 1,2 miliar pada tahun 2023. Pada September 2023, perusahaan akhirnya mengajukan kebangkrutan, memerlukan langkah besar untuk dapat bertahan.

Kesepakatan yang Menyelamatkan Tupperware

Di tengah tekanan finansial yang besar, Tupperware menemukan jalan keluar. Pengadilan Kepailitan Amerika Serikat (AS) menyetujui sebuah kesepakatan yang memungkinkan perusahaan ini untuk kembali 'hidup.'

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Tupperware menjual nama merek dan aset utamanya kepada sekelompok pemberi pinjaman dengan nilai USD 23,5 juta tunai (sekitar Rp 369 miliar) serta USD 63 juta dalam bentuk pengurangan utang (sekitar Rp 991 miliar).

Pengacara Tupperware, Spencer Winters, yang berbicara di Pengadilan Kepailitan AS pada 1 November 2024, menyebut situasi ini sebagai "sangat membutuhkan resolusi global yang luas."

Kesepakatan ini dipandang sebagai "hasil yang luar biasa," karena memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan operasional, menjaga hubungan dengan pelanggan, dan melindungi pekerjaan ribuan karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun