Dampak Media Sosial dan Budaya Konsumtif di Indonesia
Fenomena doom spending tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga mulai tampak di Indonesia, meskipun dengan konteks yang sedikit berbeda. Di Indonesia, inflasi, tekanan media sosial, dan budaya konsumtif juga menjadi pemicu utama doom spending di kalangan generasi muda.
Sama seperti di Amerika, inflasi di Indonesia menyebabkan banyak orang merasa kewalahan. Kenaikan harga kebutuhan pokok dan energi, seperti BBM dan listrik, memaksa generasi muda mengorbankan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, belanja impulsif tetap dilakukan untuk "melepaskan stres" dari tekanan ekonomi yang menghimpit.
Media sosial juga menjadi faktor kuat di Indonesia. Gaya hidup mewah yang dipamerkan di platform seperti Instagram dan TikTok menciptakan dorongan kuat bagi anak muda untuk "mengikuti tren", meskipun kemampuan finansial mereka terbatas. FOMO dan tekanan sosial untuk selalu tampil trendi mendorong banyak orang melakukan pengeluaran yang seharusnya bisa dihindari.
Faktor-faktor Khusus di Indonesia: Literasi Keuangan dan Tekanan Status
Perbedaan mendasar yang terlihat di Indonesia dibandingkan dengan Amerika adalah rendahnya literasi keuangan di kalangan generasi muda.
Meskipun ada kesadaran tentang pentingnya menabung dan mengelola keuangan, pengetahuan praktis tentang cara melakukannya masih terbatas. Akibatnya, pengeluaran impulsif sering kali dilakukan tanpa pertimbangan yang matang, memperburuk kondisi finansial seseorang dalam jangka panjang.
Selain itu, di Indonesia, tekanan sosial dan status memainkan peran penting dalam perilaku doom spending. Barang-barang konsumtif seperti pakaian bermerek atau gadget terbaru sering kali digunakan sebagai simbol status sosial, mendorong orang untuk membeli barang-barang mewah agar dianggap "berada" atau mengikuti tren.
Promosi agresif dari e-commerce dan marketplace online, seperti flash sale atau diskon besar-besaran, semakin memudahkan orang untuk berbelanja tanpa banyak berpikir.
Mengatasi Doom Spending: Pendidikan dan Kesadaran Finansial
Menghadapi fenomena ini, penting untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Mereka perlu memahami pentingnya menabung, mengelola anggaran, dan menahan diri dari pengeluaran impulsif yang tidak perlu.
Hal ini bisa dimulai dengan edukasi yang lebih intensif melalui sekolah, kampanye publik, serta program-program peningkatan kesadaran finansial yang mudah diakses.
Selain itu, membangun kesadaran bahwa tidak perlu mengikuti tren konsumtif yang dipamerkan di media sosial bisa membantu generasi muda untuk lebih bijaksana dalam mengelola keuangan mereka.
Menumbuhkan mindset bahwa menabung dan investasi untuk masa depan lebih penting daripada pembelian barang-barang konsumtif yang sifatnya sementara dapat menjadi langkah awal yang signifikan.