Perjalanan wisata kali ini terasa begitu berbeda dan penuh semangat. Saya bersama rombongan berisi 20 orang lansia yang masih gesit, yang berusia antara 65-80 tahun, memutuskan untuk berlibur ke Bukit Breksi, Yogyakarta. Saya yang baru berusia 60 tahun kurang beberapa bulan menjadi yang termuda dalam rombongan tersebut
Kami sengaja memilih hari kerja (weekday) untuk menghindari keramaian, sehingga para opa dan oma bisa lebih leluasa menikmati keindahan alam tanpa harus berdesakan dengan pengunjung lain.
Siapa sangka, perjalanan ini justru menjadi salah satu pengalaman paling seru dan penuh adrenalin yang pernah saya alami, terutama ketika para opa dan oma mencoba offroad dengan jeep sewaan di Bukit Breksi.
Awal Perjalanan Menuju Bukit Breksi
Terletak di Kabupaten Sleman, Bukit Breksi dulunya merupakan lokasi penambangan batuan alam oleh masyarakat setempat. Namun, sejak tahun 2014, penambangan dihentikan oleh pemerintah setelah studi geologi menunjukkan bahwa bebatuan di Bukit Breksi merupakan bagian dari aktivitas vulkanis Gunung Api Purba Nglanggeran.
Alih-alih dibiarkan kosong, masyarakat mengubah bekas tambang ini menjadi destinasi wisata yang menawarkan pemandangan indah dengan tebing-tebing breksi yang penuh dengan ornamen alam artistik.
Pada tanggal 30 Mei 2015, Bukit Breksi resmi dibuka sebagai tempat wisata oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan sejak saat itu, tempat ini terus memikat wisatawan dari berbagai penjuru.
Tebing breksi yang tersusun rapi dengan lapisan-lapisan alami menjadi daya tarik utama. Bebatuan yang menyerupai kue lapis ini sering dijadikan latar foto pre-wedding atau sekadar tempat selfie bagi wisatawan.
Namun, rombongan kami datang untuk sesuatu yang lebih dari sekadar foto---kami datang untuk menantang diri dengan offroad.
Petualangan Offroad dengan Opa dan Oma
Kami memulai petualangan di Tebing Breksi dengan menyewa beberapa jeep 4x4 untuk offroad. Setiap mobil berisi empat orang, dan kebetulan saya berada di dalam mobil bersama tiga oma yang sudah berusia di atas 70 tahun. Siapa bilang lansia tidak bisa bersenang-senang?