Dunia keuangan global saat ini sedang bergolak di tengah berbagai kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral utama. Keputusan-keputusan ini memengaruhi pergerakan nilai tukar, obligasi, saham, hingga harga komoditas, serta memberikan dampak signifikan pada stabilitas dan arah ekonomi global.
Dalam kondisi seperti ini, memahami tindakan dan respons berbagai negara serta dampaknya terhadap pasar global menjadi kunci bagi banyak pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat umum.
Salah satu sorotan utama datang dari Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat yang baru-baru ini mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin, menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,75%-5%.
Langkah ini dimaksudkan untuk menjaga ekonomi AS dari risiko resesi tanpa memicu inflasi berlebihan, yang disebut sebagai upaya "soft landing". Soft landing ini adalah upaya untuk memperlambat ekonomi secara bertahap tanpa memaksanya ke dalam resesi mendalam.
Pengaruh Global Pemotongan Suku Bunga Fed
Pengumuman Fed ini segera mendorong kenaikan di berbagai sektor pasar keuangan. Indeks saham S&P 500 mencetak rekor tertinggi sebelum sedikit turun, namun kontrak berjangka S&P dan Nasdaq tetap naik 1% selama sesi Asia.
Sektor saham Asia dan Eropa pun mengikuti tren serupa dengan kenaikan tajam. Nikkei Jepang melonjak 2,3%, dan pasar saham Australia serta Indonesia mencapai rekor tertinggi.
Sentimen positif juga menyebar ke Tiongkok, di mana harapan akan stimulus kebijakan ekonomi yang berkelanjutan menekan imbal hasil obligasi dan mendorong indeks saham CSI300 naik 0,7%. Hang Seng Hong Kong melonjak hampir 2%, didorong oleh saham-saham di sektor properti dan minuman keras yang memimpin kenaikan.
Namun, meskipun dolar sempat melemah, seperti yang terjadi terhadap pound sterling, nilai tukar ini cepat stabil kembali, terutama terhadap yen Jepang. Ini menunjukkan bahwa investor tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang perekonomian AS.
Ketua Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa pemotongan suku bunga kali ini bukan langkah "panik", tetapi lebih merupakan penyesuaian menuju kebijakan yang lebih netral, dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi ke depan.
Dampak pada Negara Berkembang dan Sektor Komoditas
Penurunan suku bunga AS juga menciptakan ruang bagi negara-negara berkembang untuk melakukan hal yang sama guna mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Sebagai contoh, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin sebagai respons terhadap tekanan eksternal, serta sebagai langkah antisipatif menghadapi dinamika global. Langkah serupa diperkirakan akan diambil oleh Bank Sentral Tiongkok, yang kemungkinan akan memangkas suku bunga kebijakan utama dalam waktu dekat.