Teknologi semakin mendominasi kehidupan kita, menciptakan peluang besar dan perubahan di berbagai sektor industri. Di tahun 2024, tren teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), elektrifikasi, dan energi terbarukan menjadi pusat perhatian dunia.
Organisasi berlomba-lomba mengadopsi inovasi ini, mendorong revolusi yang mengubah cara kita bekerja dan hidup. Namun, di balik semua potensi keuntungan, ada tantangan besar yang perlu dihadapi---terutama dalam hal kesenjangan keterampilan.
Pertanyaannya, apakah kita siap meraih keuntungan dari perubahan besar ini?
AI dan Investasi Teknologi: Keuntungan Besar di Depan Mata
Tidak dapat dipungkiri, kecerdasan buatan (AI) kini menjadi bintang di tengah perkembangan teknologi. Peluncuran ChatGPT dan kemajuan lainnya menciptakan lonjakan ketertarikan terhadap AI di seluruh dunia.
Pada tahun 2023, minat terhadap AI melonjak tujuh kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mendorong organisasi untuk menggelontorkan lebih banyak dana dalam riset dan pengembangan AI.
Investasi di sektor ini tidak hanya terbatas pada teknologi AI. Elektrifikasi dan energi terbarukan juga menjadi perhatian utama. Fokus global untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai nol emisi bersih (net zero) telah menggerakkan investasi senilai $183 miliar di seluruh dunia pada tahun 2023.
Menurut perkiraan, mencapai target ini akan membutuhkan investasi sebesar $9,2 triliun hingga tahun 2050, serta mempekerjakan 200 juta pekerja terampil. Ini menandakan bahwa teknologi energi hijau akan menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi dunia di masa depan.
Tantangan Terbesar: Kesenjangan Keterampilan Teknologi
Di balik peluang besar ini, teknologi juga menghadapi tantangan serius: kesenjangan keterampilan. Laporan McKinsey yang menganalisis 4,3 juta lowongan pekerjaan di 15 sektor teknologi utama menunjukkan bahwa banyak perusahaan kesulitan menemukan talenta berpengalaman.
Bidang seperti elektrifikasi, energi terbarukan, dan teknologi iklim lainnya mengalami kekurangan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus. Kesenjangan ini juga terlihat di sektor bioteknologi, termasuk terapi gen, yang sangat membutuhkan pekerja dengan pengetahuan mendalam.
Di sisi lain, meskipun semakin banyak pekerja mencantumkan AI sebagai salah satu keterampilan mereka, perusahaan tetap harus waspada. Kemahiran dalam AI sangat bervariasi, dan tidak semua yang mengaku ahli benar-benar memiliki kemampuan yang dibutuhkan.