Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Gunakan Generative Artificial Intelligence (GenAI) sebagai Penguat, Bukan Pengganti Peran Manusia

12 Agustus 2024   14:31 Diperbarui: 12 Agustus 2024   16:46 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di era digital yang semakin maju, peran Generative Artificial Intelligence (GenAI) semakin menonjol dalam berbagai aspek bisnis dan kehidupan. Namun, dengan segala potensi yang ditawarkannya, penting untuk memahami bahwa AI, terutama GenAI, seharusnya berfungsi sebagai alat yang memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikan mereka.

Dalam artikel sederhana berdasarkan pengamatan lapangan yang penulis lakukan, kita akan membahas bagaimana GenAI dapat dimanfaatkan dengan bijak untuk memperkuat peran manusia dalam organisasi, mengapa pendekatan yang proaktif sangat penting, dan bagaimana kita dapat menciptakan sinergi antara teknologi dan kemanusiaan.

Era Baru: Adaptasi dan Keberanian dalam Menghadapi Teknologi

Pemimpin bisnis saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan besar, mulai dari mencapai target netral karbon hingga menangani gangguan rantai pasokan. Namun, mungkin tantangan terbesar adalah bagaimana mereka mengintegrasikan GenAI ke dalam organisasi mereka.

Menurut laporan terbaru McKinsey, GenAI dapat memberikan kontribusi hingga $4,4 triliun dalam produktivitas tahunan secara global. Meski demikian, hanya 11 persen perusahaan yang telah mengadopsi GenAI dalam skala besar, menunjukkan adanya keraguan dan kekhawatiran dalam menghadapi teknologi ini.

Untuk mengatasi kekhawatiran ini, pemimpin komunikasi memiliki peran kunci dalam menunjukkan bahwa GenAI adalah alat yang memperkuat manusia, bukan menggantikannya. Mereka perlu mengomunikasikan bahwa GenAI bukanlah ancaman, tetapi sebuah peluang untuk memberdayakan karyawan dan memperkuat kapabilitas organisasi.

Memanfaatkan Teknologi untuk Memungkinkan, Bukan Menggantikan Manusia

Penerapan GenAI dalam dunia bisnis dapat memberikan dampak besar, baik positif maupun negatif. Jika digunakan secara tidak tepat, GenAI berpotensi menyebarkan informasi yang salah, menciptakan pengalaman yang bersifat transaksional, atau bahkan mengganggu privasi.

Semua ini dapat mengikis kepercayaan pemangku kepentingan dan merusak keaslian serta kredibilitas organisasi---atribut yang menjadi landasan hubungan yang bermakna. Pemimpin yang sukses menjadikan AI sebagai asisten mereka, bukan sebagai pengganti. GenAI seharusnya menjadi pendorong dan alat bantu, bukan solusi utama yang berdiri sendiri.

Organisasi masa depan akan dimungkinkan oleh teknologi canggih seperti GenAI, tetapi tetap digerakkan oleh manusia untuk manusia. Hal ini menjadi sangat penting ketika taruhannya tinggi---misalnya, saat para pemimpin membahas isu-isu sensitif yang langsung memengaruhi cara hidup, bekerja, dan beroperasi para pemangku kepentingan mereka.

Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumentasi pribadi Merza Gamal
Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumentasi pribadi Merza Gamal

GenAI dapat membantu dalam mengumpulkan dan menyintesis informasi, tetapi pesan yang disampaikan harus tetap autentik, khas, dan yang terpenting, manusiawi.

Studi Kasus: Penerapan GenAI yang Sukses

Untuk memperjelas peran GenAI sebagai alat yang mendukung manusia, mari kita lihat beberapa contoh nyata. Salah satu contohnya adalah bagaimana perusahaan ritel besar menggunakan GenAI untuk menganalisis data pelanggan dan menciptakan kampanye pemasaran yang lebih personal.

Dengan bantuan AI, perusahaan ini mampu memahami preferensi pelanggan dengan lebih baik, namun keputusan akhir tentang strategi pemasaran tetap berada di tangan manusia yang memahami konteks dan nuansa yang tidak dapat dimengerti oleh AI.

Contoh lain datang dari industri kreatif, di mana GenAI digunakan untuk menghasilkan draft konten yang kemudian disempurnakan oleh penulis manusia. AI membantu menghemat waktu dalam proses penulisan, tetapi kreativitas, empati, dan suara manusia tetap menjadi elemen penting dalam menciptakan konten yang menarik dan relevan.

Bergerak Cepat dan Buat Sesuatu

GenAI adalah teknologi baru yang sangat menarik perhatian banyak pihak. Namun, banyak perusahaan yang masih ragu untuk menerapkannya karena khawatir akan risiko atau merasa belum siap.

Dalam survei tahun 2019 oleh Pusat Hubungan Masyarakat USC Annenberg, hanya 18 persen responden yang percaya bahwa AI akan menjadi bagian penting dari bisnis masa depan mereka. Empat tahun kemudian, angka tersebut melonjak menjadi 80 persen, tetapi hanya 16 persen responden pada tahun 2023 yang merasa "sangat berpengetahuan" tentang aplikasi AI. Ini menunjukkan bahwa banyak organisasi masih dalam tahap mengejar ketertinggalan.

Memahami dan mengadopsi GenAI secara menyeluruh membutuhkan waktu dan upaya yang berkelanjutan. Pemimpin terbaik menjadikan kecepatan sebagai strategi mereka, meraih kemenangan yang cepat dan bermakna untuk membangun kepercayaan diri dan keyakinan, serta tetap berada di garis depan inovasi.

Mengambil langkah-langkah proaktif dan berinvestasi dalam pelatihan adalah kunci untuk memanfaatkan potensi GenAI secara maksimal.

Jelaskan Aspek Etika dan Keamanan

Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan GenAI adalah menjaga agar teknologi ini digunakan secara etis dan aman. Misalnya, menghindari bias dalam algoritma AI yang dapat menghasilkan keputusan yang tidak adil, serta menjaga privasi data pengguna.

Organisasi harus transparan dalam proses penerapan AI dan memastikan bahwa semua tindakan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai etika.

Satukan Sudut Pandang yang Berbeda dan Ciptakan Agenda Pertumbuhan

Jumlah perusahaan yang menunjuk posisi Chief AI Officer hampir tiga kali lipat secara global dalam lima tahun terakhir. Meskipun penting untuk memiliki kejelasan dalam kepemimpinan AI, organisasi terbaik adalah yang mampu membentuk tim lintas fungsi yang mencakup seluruh organisasi.

Pemimpin komunikasi memainkan peran penting dalam menyatukan sudut pandang yang berbeda untuk mempercepat inisiatif transformasional di seluruh perusahaan.

Dengan menciptakan narasi yang kuat dan konsisten, pemimpin komunikasi dapat membantu mengartikulasikan aspirasi dan potensi dampak GenAI dengan lebih efektif. Mereka memotivasi individu untuk terus belajar dan berkembang, sehingga membangun tim yang lebih kuat dan organisasi yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan.

Rekomendasi Praktis untuk Implementasi GenAI

Bagi organisasi yang ingin mulai mengadopsi GenAI, berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat diambil:

  1. Mulai dengan Proyek Percontohan: Uji coba GenAI dalam skala kecil untuk mengidentifikasi manfaat dan tantangan yang mungkin dihadapi sebelum menerapkannya secara luas.
  2. Bentuk Tim Lintas Fungsi: Libatkan berbagai departemen dalam penerapan AI untuk memastikan bahwa semua perspektif dipertimbangkan.
  3. Tetapkan Metrik Keberhasilan: Tentukan indikator kinerja utama (KPI) untuk mengukur efektivitas penerapan GenAI.
  4. Investasi dalam Pelatihan: Pastikan bahwa tim memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan dan memaksimalkan potensi GenAI.

Berikan Ruang untuk Eksperimen dan Pembelajaran

Dengan GenAI, penting untuk merangkul eksperimen dan memberi ruang bagi tim untuk menguji dan belajar. Seperti yang diungkapkan oleh mitra McKinsey Jane Wong, "Dengan AI generasi baru, penting untuk merangkul eksperimen.

Pilih dampak daripada inersia dan berikan diri Anda ruang untuk menguji dan belajar, berbagi temuan, dan menemukan cara kerja baru. Tetapkan fondasi dengan kemajuan bertahap dan maju." Kemenangan kecil dalam eksperimen ini dapat dengan cepat berubah menjadi langkah besar dengan dampak yang luas.

Konvergensi Teknologi dan Kemanusiaan

Pada akhirnya, konvergensi antara teknologi dan kemanusiaan adalah yang akan mendorong keterampilan komunikasi ke depan---dan menghasilkan hasil yang lebih baik bagi semua pemangku kepentingan.

Pemimpin komunikasi yang bijak akan merangkul GenAI sambil tetap mengandalkan naluri mereka, mendeteksi isyarat halus, dan secara efektif terhubung dengan para pemangku kepentingan pada tingkat manusia dan emosional untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan mereka.

Dengan memanfaatkan teknologi secara bijaksana, kita dapat memperkuat hubungan dengan para pemangku kepentingan, bukan menggantikannya, dan memastikan bahwa transformasi digital yang kita jalani benar-benar memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi semua pihak.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun