Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Perjalanan dan Penemuan Manfaat Pohon Lontar dalam Kearifan Lokal Nusa Tenggara Timur

29 Juli 2024   06:50 Diperbarui: 29 Juli 2024   07:02 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

Pertama kali saya menginjakkan kaki di Kupang pada tahun 2008, karena tugas saya sebagai seorang AVP Perencanaan & Pengembangan di sebuah bank nasional mengharuskan saya mengembangkan cabang di daerah tersebut.

Saat itu, saya menyempatkan diri berkunjung ke Pantai Lasiana, yang terletak di Kelurahan Lasiana, Kelapa Lima, sekitar 12 km dari Pusat Kota Kupang. Pantai ini dihiasi dengan pesona pohon lontar, yang memberikan penampilan eksotis berbeda dari pantai-pantai lain di Nusantara yang biasanya ditumbuhi pohon kelapa.

Rasa penasaran saya terhadap pohon lontar semakin besar setiap kali saya berkunjung ke berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pohon lontar, atau Borassus flabellifer Linn, adalah sejenis palem yang tumbuh liar di daerah dengan ketinggian hingga 500 meter dari permukaan laut. Lontar diketahui berasal dari India dan Srilanka, kemudian menyebar ke Arab Saudi sampai negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, hingga Indonesia.

Masyarakat di NTT, khususnya di Pulau Sabu dan Rote, masih sangat bergantung pada pohon lontar dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menyebutnya sebagai pohon al-hayat atau pohon kehidupan.

Di berbagai daerah, pohon ini dikenal dengan berbagai nama; di Jawa disebut siwalan atau rontal, di Bali tetap rontal, di Pulau Sabu disebut kepuwe duwe, di Rote disebut tua, dan di Papua disebut uga. Sebutan umum "lontar" mungkin berasal dari kata rontal yang berarti daun pohon tal.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Setidaknya ada 800 manfaat yang bisa diambil dari pohon lontar, mulai dari manfaat fisik hingga kimia. Air nira yang dihasilkan oleh lontar kaya akan gula, protein, vitamin C, dan beberapa mineral.

Di NTT, batang lontar digunakan sebagai bahan bangunan rumah, perabotan, dan perahu. Pelepahnya yang besar dan kuat digunakan untuk pagar dan tembok rumah, sementara daunnya yang lebar dimanfaatkan sebagai wadah penampung air, atap rumah, alat musik Sasando, dan topi adat Ti'i Langga.

Penyadapan Lontar di Pulau Sabu dan Pulau Rote

Dalam perjalanan di NTT, saya sering melihat pemandangan unik di tepi jalan, yaitu proses pengeringan gula lontar dalam bentuk lempengan-lempengan bulat seperti uang logam dengan ukuran lebih besar. Proses ini merupakan salah satu kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh banyak kepala keluarga di Pulau Sabu dan Pulau Rote.

Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun