Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia, adalah tempat yang penuh dengan hutan lebat, sungai yang mengalir deras, dan kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satu simbol paling ikonik dari budaya Kalimantan adalah Mandau, senjata tradisional suku Dayak yang kaya akan sejarah, spiritualitas, dan keindahan seni.
Dalam perjalanan saya ke beberapa daerah di Kalimantan, saya berkesempatan untuk melihat Mandau secara langsung dan mendengar cerita-cerita menarik dari penduduk setempat.
Mandau merupakan senjata tradisional yang sangat penting dalam budaya Dayak. Senjata ini telah ada sejak zaman dahulu kala, dengan penggunaan yang secara menyeluruh mulai dikenal pada abad ke-17 hingga abad ke-18.
Sejarah Mandau terkait erat dengan kehidupan dan budaya masyarakat Dayak yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan. Dalam konteks ini, Mandau bukan hanya sekadar alat pertahanan, tetapi juga simbol kekuatan dan martabat bagi suku Dayak.
Mandau: Simbol Identitas dan Keberanian
Mandau adalah senjata tajam sejenis parang yang memiliki bentuk khas dengan bilah yang melebar di bagian atas dan pangkal yang tebal. Bentuk bilahnya yang unik membuatnya sangat efektif untuk menerobos hutan belantara dan tahan terhadap hantaman perisai dalam pertempuran.
Mandau bukan hanya senjata, tetapi juga simbol identitas, kehormatan, dan keberanian bagi suku Dayak. Selama perjalanan saya, saya mendengar cerita bahwa Mandau berasal dari kata "Man" yang berarti "makan" dan "do" yang berarti "dohong", pisau belati khas Kalimantan.
Sementara itu dari referensi lain, kata "Mandau" berasal dari kata "Man", salah satu suku di bagian selatan China, dan "Dao", yang berarti golok dalam bahasa China. Seiring waktu, Mandau menjadi lebih populer daripada dohong, sehingga nama "mando" muncul untuk menyebut senjata yang mengalahkan dohong tersebut.
Material dan Proses Pembuatan
Bilah Mandau dibuat dari berbagai jenis besi khusus seperti mantikei, montalat, besiiq batuq, pungkalan/purutn, bahkan meteorite. Proses pembuatan Mandau melibatkan serangkaian ritual dan puasa yang harus diikuti sesuai dengan tradisi dan kepercayaan masing-masing rumpun Dayak.