Di seluruh dunia, keterlibatan karyawan (employee engagement) merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan sebuah organisasi. Menurut laporan Gallup, keterlibatan karyawan global saat ini berada pada angka 23%, menyamai rekor tertinggi yang tercatat pada tahun 2022.
Namun demikian, sebagian besar karyawan masih tidak terlibat atau tidak terlibat secara aktif dalam pekerjaan mereka. Hal ini menyebabkan hilangnya produktivitas global sebesar $8,9 triliun.
Gallup menemukan bahwa kualitas manajer dan kondisi lokal lebih mempengaruhi keterlibatan karyawan daripada faktor-faktor makroekonomi atau kebijakan ketenagakerjaan suatu negara. Peran manajer yang hebat dalam mendukung dan menginspirasi timnya menjadi kunci utama dalam meningkatkan keterlibatan karyawan di tingkat unit bisnis.
1. Kondisi Pasar Kerja dan Kesejahteraan Karyawan
Studi Gallup menunjukkan bahwa kondisi pasar kerja yang lebih baik tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat keterlibatan karyawan yang sangat terinspirasi.
Lebih dari separuh karyawan di seluruh dunia percaya bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencari pekerjaan, meskipun persepsi ini bervariasi di antara negara-negara. Negara-negara dengan persepsi pasar kerja yang positif cenderung memiliki tingkat pelepasan aktif yang lebih rendah.
Namun demikian, perbaikan kondisi ekonomi tidak cukup untuk meningkatkan keterlibatan karyawan secara signifikan. Meskipun dapat mengubah sikap karyawan dari marah menjadi tidak peduli, tidak banyak yang beralih dari ketidakpedulian menjadi inspirasi.
Karyawan yang tidak terlibat secara aktif dalam ekonomi sulit mungkin merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak mereka sukai. Peluang kerja yang lebih baik memungkinkan karyawan untuk meninggalkan situasi buruk dan mencari kesempatan yang lebih baik.
2. Keterlibatan Karyawan dan Ketahanan Bisnis di Masa Sulit
Keterlibatan karyawan menjadi lebih penting selama masa-masa sulit seperti resesi ekonomi. Gallup menemukan bahwa hubungan antara keterlibatan karyawan dan kinerja bisnis lebih kuat selama resesi.
Karyawan yang terlibat cenderung meningkatkan upaya mereka, sementara mereka yang tidak terlibat merasa terjebak dalam keadaan sulit. Unit bisnis dengan tingkat keterlibatan karyawan yang tinggi lebih mampu bertahan di tengah gejolak dan ketidakpastian ekonomi.