Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila Merajut Indonesia: Refleksi dari GagasRI Episode 9

22 Juni 2024   07:41 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompasiana.com

Pada Jumat, 21 Juni 2024, saya berkesempatan mengikuti acara diskusi GagasRI episode 9 bertajuk "Pancasila Merajut Indonesia" yang diadakan di Studio 1 KompasTV.

Acara ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan bertujuan untuk membahas relevansi serta peran Pancasila dalam menjaga persatuan Indonesia di tengah dinamika zaman.

Meneguhkan Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

Diskusi ini menampilkan Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, sebagai narasumber utama yang memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa.

Dalam pidatonya, beliau menegaskan bahwa pengejawantahan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bukanlah tugas yang mudah. Hal ini karena Pancasila bukan sekadar semboyan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata oleh setiap warga negara Indonesia.

Bersama Kardinal Ignatius Suharyo, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal/Kopaja71
Bersama Kardinal Ignatius Suharyo, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal/Kopaja71

Kardinal Suharyo memaparkan dengan rinci visi Keuskupan Jakarta 2016-2026 yang berbunyi "100% Katolik, 100% Indonesia." Maksud dari visi ini adalah agar umat Katolik di Indonesia tidak hanya berkomitmen penuh terhadap ajaran agama mereka, tetapi juga turut aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan kata lain, mereka harus menjadi warga negara yang baik, yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan.

Beliau juga mengutip ajaran Paus Fransiskus tentang panggilan kesucian dalam dunia modern. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa keserakahan adalah berhala zaman ini, yang sering kali menjadi penghalang utama bagi kemajuan moral dan spiritual. Dalam konteks Indonesia, pesan ini sangat relevan mengingat negara ini masih berjuang melawan berbagai bentuk korupsi dan ketidakadilan sosial.

Paus Fransiskus menekankan bahwa untuk mencapai kesucian, setiap individu harus menghindari keserakahan dan materialisme yang berlebihan, serta fokus pada kebaikan dan keadilan. Kardinal Suharyo menambahkan bahwa nilai-nilai ini selaras dengan semangat Pancasila yang mendorong keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Harapan vs Optimisme

Ketika menjawab pertanyaan dari Prof. Sulistyowati Irianto, Guru Besar Antropologi Hukum UI, tentang perbedaan antara idealisme dan realitas di Indonesia, Kardinal Suharyo menggarisbawahi perbedaan antara harapan dan optimisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun