Setiap tahun, seluruh umat Islam di dunia merayakan hari raya Idul Adha, yang juga dikenal sebagai hari raya Kurban. Peristiwa ini menjadi sebuah gerakan sosial luar biasa. Di Indonesia sendiri, jumlah hewan kurban seperti kambing dan sapi bisa mencapai puluhan ribu, ratusan ribu, atau bahkan jutaan.
Penyembelihan hewan kurban dilakukan di berbagai tempat, mulai dari mushola tingkat RT hingga lingkungan istana presiden. Magnet yang ditularkan luar biasa, semua lapisan masyarakat---dari yang paling bawah hingga atas---dapat menikmati daging kurban.
Namun, sesungguhnya, apa dimensi yang ingin disampaikan dalam relasi umat manusia melalui peristiwa ini?
Menurut pakar tafsir Muhammad Quraish Shihab, qurban adalah jenis ibadah paling tua di dunia yang diperintahkan sejak zaman Nabi Adam kepada kedua anaknya, Habil dan Qabil. Filosofi dari peristiwa penyembelihan Ismail oleh Nabi Ibrahim adalah kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.
Ada dua hikmah utama dari peristiwa ini: pertama, jangan pernah menganggap sesuatu itu terlalu mahal untuk mempertahankan dan menyemarakkan nilai-nilai Ilahi; kedua, jangan sekali-kali melecehkan manusia atau mengambil hak-hak manusia, karena manusia adalah makhluk agung yang dikasihi Allah. Karena kasih Allah kepada manusia, maka Ismail digantikan dengan seekor binatang.
Makna dan Keistimewaan Kurban
Pada Idul Adha 1445 H, di Indonesia jatuh pada Senin, 17 Juni 2024, umat Muslim diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban. Tindakan ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang penuh makna. Mengapa kurban begitu istimewa?
1. Ketaatan kepada Perintah Allah SWT
Kurban adalah manifestasi dari ketaatan umat Muslim kepada perintah Allah SWT, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162).
Dalam melakukan kurban, umat Muslim meneguhkan kesetiaan mereka kepada Sang Pencipta. Perintah yang secara spesifik menunjuk kurban terdapat dalam QS. Al-Kautsar ayat 2: "Maka salatlah engkau karena Tuhanmu dan berqurbanlah."
Dalam QS. Al-Hajj ayat 34: "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya."
2. Meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail
Kurban adalah bentuk sunah yang merujuk pada kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dua tokoh yang dijadikan contoh teladan dalam hal ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT. Kisah mereka tidak hanya mengajarkan tentang kepatuhan, tetapi juga membawa pesan mendalam tentang iman, pengorbanan, dan cinta kasih dalam Islam.
Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi yang paling dihormati dalam Islam, dikenal karena kekuatan imannya dan kesediaannya untuk mengikuti perintah Allah tanpa ragu. Kisah ini bermula ketika Nabi Ibrahim bermimpi bahwa Allah memerintahkannya untuk mengorbankan putranya, Ismail.
Mimpi ini adalah ujian dari Allah untuk menguji ketaatan Nabi Ibrahim. Tanpa ragu, Ibrahim memberitahu Ismail tentang mimpinya dan Ismail, yang juga menunjukkan tingkat iman yang luar biasa, bersedia untuk tunduk pada kehendak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. As-Saffat: 102).
Saat Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, sebagai tanda kasih sayang-Nya dan sebagai pengakuan atas ketaatan Nabi Ibrahim. Peristiwa ini dirayakan setiap tahun oleh umat Islam dalam bentuk kurban, mengorbankan hewan sebagai simbol pengorbanan dan ketaatan kepada Allah.
Makna dan Hikmah yang Dapat Diambil dari Kisah Nabi Ibrahim tersebut adalah:
- Ketaatan Tanpa Syarat: Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah haruslah tanpa syarat. Meskipun perintah Allah tampak sangat berat dan sulit, ketaatan mereka tanpa ragu menunjukkan bahwa iman yang kuat selalu diutamakan di atas segala hal lainnya.
- Keikhlasan dalam Pengorbanan: Kisah ini juga mengajarkan tentang keikhlasan dalam pengorbanan. Nabi Ibrahim siap mengorbankan sesuatu yang sangat dicintainya demi menaati perintah Allah. Ini mengingatkan kita bahwa pengorbanan yang ikhlas dan tulus adalah bentuk ibadah yang sangat dihargai oleh Allah.
- Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga: Kisah ini juga mengajarkan pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka dalam keluarga. Nabi Ibrahim berdialog dengan Ismail tentang mimpinya dan meminta pendapatnya. Respons Ismail yang positif menunjukkan bahwa kepercayaan dan komunikasi dalam keluarga dapat memperkuat iman dan ketaatan kepada Allah.
- Kasih Sayang Allah:Â Penggantian Ismail dengan seekor domba adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang taat. Allah tidak ingin menyakiti hamba-Nya, tetapi Dia ingin menguji iman mereka. Ini mengajarkan kita bahwa setiap ujian dari Allah adalah untuk kebaikan kita dan bahwa Allah selalu memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang taat.
Meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail dalam konteks kehidupan modern berarti menunjukkan ketaatan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, bahkan ketika dihadapkan pada tantangan besar. Ini bisa berupa pengorbanan waktu, tenaga, atau harta untuk kebaikan dan kepatuhan kepada Allah. Misalnya, memberikan sedekah, membantu mereka yang membutuhkan, dan menjaga integritas dalam segala tindakan kita.
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail juga mengingatkan kita tentang pentingnya mendidik anak-anak dengan nilai-nilai keimanan dan ketaatan kepada Allah. Mengajarkan mereka tentang makna kurban sejak dini membantu membentuk karakter yang kuat dan beriman, yang akan menuntun mereka dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Kurban juga memiliki dimensi sosial yang sangat penting. Dengan membagikan daging kurban kepada yang membutuhkan, umat Muslim menghidupkan nilai-nilai solidaritas dan keadilan sosial. Rasulullah SAW bersabda:
"Bebaskanlah tahanan, berilah makan orang yang lapar, dan jenguklah orang sakit." (HR. Bukhari).
Dengan berkurban, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan primer mereka, tetapi juga memberikan mereka rasa dihargai dan diingat. Rasulullah SAW juga memberikan peringatan kepada mereka yang mampu namun enggan berkurban:
"Barangsiapa mempunyai keluasan rezeki (mampu berqurban) tetapi ia tidak mau berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat kami beribadah." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).