Perjalanan spiritual saya ke Masjid Qiblatain pertama kali terjadi saat saya menunaikan ibadah haji pada tahun 1415 Hijriah, 30 tahun yang lalu. Perjalanan ini adalah awal dari sebuah hubungan mendalam dengan salah satu tempat bersejarah yang sangat penting dalam Islam.
Setelah menunaikan ibadah haji, tiap kali saya melakukan umrah, saya juga selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke Masjid Qiblatain, dan setiap kunjungan membawa makna baru serta memperkuat iman saya.
Masjid Qiblatain, yang terletak sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah, dikenal sebagai masjid dengan dua kiblat. Tempat ini menjadi saksi bisu perpindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka'bah di Mekkah, peristiwa yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-2 Hijriah.
Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang mengimami salat Zuhur di Masjid Bani Salamah ketika malaikat Jibril menyampaikan wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan perubahan arah kiblat. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat langsung berpindah arah 180 derajat, dari menghadap Baitul Maqdis ke menghadap Masjidil Haram.
Pertama kali saya menginjakkan kaki di Masjid Qiblatain, saya merasakan kekhusyukan yang luar biasa. Saya membayangkan bagaimana perasaan para sahabat ketika tiba-tiba diperintahkan untuk mengubah arah salat mereka. Peristiwa ini mengajarkan saya tentang ketaatan dan keimanan yang mendalam kepada perintah Allah SWT.
Pada awalnya, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Mekah, yang menurut Al-Qur'an, dibangun pada masa Nabi Adam AS. Hal ini disebutkan dalam Surah Ali Imran ayat 96:
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."
Baitul Maqdis kemudian ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian nabi dari bangsa Israel. Baitul Maqdis berada di sebelah utara, sementara Baitullah di Mekah berada di sebelah selatan, sehingga keduanya saling berhadapan dalam orientasi geografis.
Peristiwa perubahan kiblat ini tidak hanya menandai peralihan arah dalam beribadah tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam, menunjukkan transisi penting dalam sejarah Islam dan penegasan kiblat umat Muslim di seluruh dunia.
Masjid Qiblatain menjadi saksi bisu dari peristiwa monumental ini, menambah nilai sejarah dan spiritualnya bagi para peziarah yang datang ke Madinah.
Kunjungan kedua saya ke Masjid Qiblatain pada tahun 1997 semakin memperdalam kesan dan pemahaman saya tentang pentingnya kiblat sebagai pusat orientasi spiritual dan kesatuan umat.Â