Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Tantangan Generasi Z dalam Industri Manufaktur

10 Mei 2024   14:19 Diperbarui: 10 Mei 2024   14:20 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Industri manufaktur di seluruh dunia sedang mengalami perubahan dramatis, dan Generasi Z berperan penting dalam menghadapi tantangan dan membangun masa depan yang berkelanjutan.

Dengan populasi yang menua dan kurangnya minat dalam pekerjaan terampil, industri manufaktur dihadapkan pada masalah serius dalam merekrut dan mempertahankan talent muda.

Namun demikian, dengan pendekatan yang inovatif dan inklusif, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang menarik bagi Generasi Z, membantu mereka berkembang, dan memberikan kontribusi yang berarti bagi pertumbuhan industri.

Mengubah Persepsi dan Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung

Penurunan minat Generasi Z dalam pekerjaan terampil, meskipun menawarkan keuntungan yang menarik seperti keamanan kerja dan gaji yang tinggi, dapat dipahami dari beberapa sudut pandang.

Stigma terkait pendidikan, persepsi terhadap profesi, kurangnya informasi, tekanan dari orang tua dan masyarakat, serta kemungkinan keterlibatan rendah merupakan faktor-faktor utama yang memengaruhi minat mereka dalam industri manufaktur.

Stigma terkait pendidikan menyebabkan banyak Generasi Z merasa terbebani oleh tekanan untuk mengejar pendidikan perguruan tinggi yang lebih tradisional, sementara pendidikan kejuruan sering kali dianggap sebagai pilihan kedua atau bahkan terakhir.

Selain itu, persepsi bahwa pekerjaan terampil kurang bergengsi atau kurang prestisius dibandingkan dengan pekerjaan yang membutuhkan gelar sarjana juga dapat mengurangi minat mereka dalam memasuki bidang perdagangan.

Kurangnya informasi tentang peluang karier dan tekanan dari orang tua dan masyarakat untuk mengejar pendidikan tinggi juga menjadi hambatan bagi minat Generasi Z dalam pekerjaan terampil.

Namun, dalam survei McKinsey terhadap pekerja Generasi Z di bidang manufaktur, ditemukan bahwa meskipun ada tantangan yang dihadapi, Generasi Z memiliki preferensi dan nilai-nilai yang unik dalam lingkungan kerja. Mereka menempatkan keamanan, rasa hormat, dan makna sebagai faktor-faktor penting dalam mempertimbangkan pekerjaan.

Generasi Z menganggap uang penting, tetapi bukan prioritas utama seperti yang terjadi pada generasi sebelumnya. Mereka juga menempatkan keamanan fisik dan psikologis serta makna dalam pekerjaan sebagai faktor-faktor utama dalam mempertimbangkan tetap bekerja.

Kondisi tersbut menunjukkan bahwa perubahan dalam pola pikir dan perilaku di tingkat supervisor pabrik, serta penekanan pada keselamatan, rasa hormat, dan makna dalam pekerjaan, dapat membantu mengubah persepsi Generasi Z terhadap industri manufaktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun