Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menghadapi Tantangan Mental dan Finansial dalam Pendidikan Dokter Spesialis: Memahami, Membantu, dan Menciptakan Perubahan

19 April 2024   07:33 Diperbarui: 19 April 2024   09:49 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Hasil skrining Kementerian Kesehatan yang dilakukan pada 12.121 mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) menyebutkan sebanyak 22,4 persen di antaranya terdeteksi mengalami gejala depresi. Bahkan, sekitar 3 persen di antaranya mengaku merasa lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apa pun.

Ya, dari pengalaman lapangan di dunia kesehatan yang pernah saya jalani, memang benar bahwa program pendidikan dokter spesialis seringkali dapat memberikan tekanan yang sangat besar pada para mahasiswanya, bahkan menyebabkan beberapa orang mengalami depresi atau bahkan mengalami pemikiran untuk bunuh diri. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

  1. Beban Kerja yang Tinggi: Program pendidikan dokter spesialis sering kali melibatkan beban kerja yang sangat tinggi, termasuk jam belajar yang panjang, tugas-tugas yang menumpuk, dan tekanan untuk mencapai standar yang tinggi.
  2. Stigma Mental Health: Di beberapa lingkungan kedokteran, masih ada stigma terhadap masalah kesehatan mental. Para mahasiswa mungkin merasa sulit untuk mencari bantuan atau merasa malu untuk mengakui bahwa mereka sedang mengalami kesulitan mental.
  3. Kekhawatiran akan Kinerja dan Kepuasan: Para mahasiswa dalam program pendidikan dokter spesialis sering merasa tekanan untuk berhasil dan memenuhi harapan, baik dari dosen, rekan mahasiswa, maupun dari diri mereka sendiri. Kegagalan untuk memenuhi harapan ini dapat memicu perasaan tidak berharga atau kegagalan.
  4. Kurangnya Dukungan Mental Health: Dalam beberapa kasus, sistem pendidikan kedokteran mungkin tidak menyediakan cukup dukungan untuk kesehatan mental para mahasiswa. Ini bisa mencakup akses terhadap konselor atau psikiater, program-program kesejahteraan mahasiswa yang kurang memadai, atau budaya yang tidak mendukung pembicaraan terbuka tentang masalah kesehatan mental.

Perundungan atau intimidasi dalam pendidikan kedokteran juga merupakan masalah yang serius dan dapat berkontribusi pada tekanan mental yang dialami oleh para mahasiswa. Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk intimidasi verbal, perlakuan yang tidak adil, atau pelecehan kekuasaan dari atasannya atau rekan sesama mahasiswa.

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memperbaiki sistem pendidikan kedokteran dengan menyediakan dukungan kesehatan mental yang memadai, melawan stigma terhadap masalah kesehatan mental, dan mengimplementasikan kebijakan yang mencegah perundungan dan memastikan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Mendengarkan pengalaman para calon dokter spesialis dan memberikan platform untuk mereka berbicara tentang tantangan yang mereka hadapi juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Di samping itu biaya pendidikan yang tinggi juga menjadi beban dari para calon dokter spesialis. Proses pendidikan kedokteran, terutama untuk mendapatkan gelar spesialis, dapat memakan waktu bertahun-tahun dan membutuhkan investasi finansial yang besar.

Selama periode pendidikan spesialis, mereka mungkin tidak bisa bekerja penuh waktu atau mendapatkan penghasilan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan keluarga mereka. Kondisi tersebut bisa menambah tekanan finansial yang signifikan.

Kemudian, jika seseorang mengalami kegagalan dalam mendapatkan gelar dokter spesialis, itu bisa menjadi pukulan yang sangat besar secara emosional dan finansial. Selain kekecewaan pribadi, mereka juga mungkin merasa terbebani oleh hutang pendidikan yang harus mereka bayar tanpa hasil yang diinginkan.

Cemoohan atau tekanan dari rekan-rekan atau bahkan pasien-pasien mereka juga bisa menambah beban emosional yang mereka rasakan.

Oleh karena itu, penting dipikirkan untuk menyediakan dukungan emosional dan finansial yang memadai bagi para calon dokter spesialis, baik selama proses pendidikan maupun setelahnya.

Langkah-langkah seperti menyediakan bantuan keuangan atau beasiswa, memberikan dukungan kesehatan mental yang memadai, dan menciptakan budaya yang mendukung kesadaran akan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa kedokteran dapat membantu mengurangi beban yang mereka rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun