Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bekerja Sebagai Ibadah dalam Menggapai Rezeki Kehidupan dengan Niat yang Tulus

23 Maret 2024   10:15 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:26 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bekerja sebagai ibadah adalah konsep yang sangat penting dalam Islam. Bekerja dengan niat yang tulus untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat secara keseluruhan dianggap sebagai ibadah. Dalam konteks ini, ada beberapa konsep yang relevan.

Pertama, Bekerja sebagai Salah Satu Jalan Jihad: Dalam Islam, jihad bukan hanya berarti perang fisik, tetapi juga berusaha keras untuk melakukan kebaikan. Bekerja dengan tekun dan tulus dapat dianggap sebagai bentuk jihad karena melalui usaha tersebut, seseorang dapat mencapai kesejahteraan bagi dirinya dan orang lain.

Kedua, Bekerja sebagai Bagian dari Dakwah: Dakwah adalah upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Bekerja dengan baik dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain dapat menjadi bentuk dakwah yang sangat efektif. Ketika seseorang menunjukkan integritas, kejujuran, dan dedikasi dalam pekerjaannya, ia secara tidak langsung memperlihatkan nilai-nilai Islam kepada orang lain.

Dengan memandang bekerja sebagai ibadah, seseorang bisa lebih bermotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal yang dilakukannya, tidak hanya untuk kepentingan duniawi tetapi juga sebagai bagian dari ibadah kepada Allah.

Suatu ketika, Rasulullah SAW dan para sahabatnya melihat seseorang yang bekerja dengan tekun. Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kalau saja orang ini berjihad di jalan Allah, maka tentu lebih baik baginya." Namun, Nabi SAW memberikan penjelasan yang sangat mendalam, bahwa setiap bentuk usaha yang dilakukan dengan niat yang baik, seperti bekerja untuk menyediakan nafkah bagi keluarga, merawat orang tua yang sudah renta, atau menjaga kehormatan diri agar tidak bergantung kepada orang lain, dapat dianggap sebagai jihad di jalan Allah. (Sumber: HR al-Thabrani dengan sanad yang valid)

Kisah Rasulullah tersebut merupakan salah satu hadis yang menekankan pentingnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan niat yang tulus sebagai bagian dari jihad. Hadis ini mengajarkan bahwa setiap bentuk usaha yang dilakukan dengan niat yang baik dapat dianggap sebagai jihad di jalan Allah.

Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan bahwa jika seseorang bekerja dengan tujuan yang baik, seperti untuk menyediakan nafkah bagi keluarganya, merawat orang tua yang sudah renta, atau menjaga kehormatan dirinya sendiri, maka usaha tersebut dianggap sebagai jihad di jalan Allah. Namun, jika seseorang bekerja dengan motif yang buruk, seperti riya' (pamer) atau kesombongan, maka usaha tersebut tidak akan mendapat pahala.

Pesan yang ingin disampaikan dalam hadis ini adalah pentingnya niat yang tulus dan keikhlasan dalam melakukan segala sesuatu, termasuk dalam bekerja. Dengan niat yang baik, bahkan pekerjaan sehari-hari dapat diangkat menjadi ibadah dan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.


Dalam sebuah hadis lain disampaikan pula, "Tidaklah seorang muslim mengalami lelah, sakit, sedih, terluka, bahkan duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya " (H.S.R. Bukhari hadits no 5318).

Hadis tersebut menyiratkan bahwa setiap kesulitan atau perjuangan yang dihadapi oleh seorang Muslim, termasuk dalam bekerja untuk mencari nafkah, akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Ini menggarisbawahi pentingnya sikap sabar dan ketabahan dalam menghadapi tantangan dalam hidup, termasuk dalam mencari nafkah untuk keluarga dan diri sendiri.

Dalam Ihya Ulumiddin 2/351, Imam Al Ghazali berpesan, "Janganlah seseorang diantara kalian bermalas-malasan untuk mencari rejeki Sementara dia selalu berdoa "ya Allah berilah aku rejeki", kalian sudah tau bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas ataupun perak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun