Di antara hamparan hijau Kalimantan Barat, terdapat sebuah cerita yang mengungkapkan kekayaan budaya dan keindahan alam yang tak terlupakan. Melangkah di tanah Sambas, Kabupaten yang terletak di ujung barat pulau ini, saya merasakan getaran sejarah yang masih hidup, terutama saat saya menyusuri jalan-jalan bersejarah yang mempertautkan masa lalu dengan masa kini.
Selain mengunjungi Keraton Sambas (Istana AlwatzikHoebbillah) dan Masjid Jamik Kesultanan Sambas desa wisata tenun yang dikenal dengan nama Desa Wisata Budaya Tenun Sumber Harapan juga menyimpan banyak sejarah peradaban dan pembuatan kain tenun sejak abad ke-17.
Menjelajahi desa ini tidak hanya memberikan pengalaman yang unik dalam melihat proses pembuatan tenun songket, tetapi juga menggali lebih dalam tentang warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sentra industri kerajinan kain tenun di desa ini menjadi bukti konkret akan keuletan dan keahlian masyarakat Sambas dalam melestarikan tradisi tenun yang berusia turun-temurun.
Selain itu, upaya pemerintah, kemitraan, dan akademisi dalam mendukung pengembangan desa wisata ini sangat penting. Mereka tidak hanya memberikan pelatihan dan bantuan finansial, tetapi juga mempromosikan serta mengembangkan infrastruktur pariwisata di sekitar desa. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga dan memajukan potensi wisata dan ekonomi lokal.
Penghargaan yang diterima oleh desa wisata ini, seperti rekor MURI untuk kain tenun songket terpanjang, menjadi bukti prestasi yang membanggakan dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai destinasi wisata budaya yang terkemuka.
Dengan memanfaatkan keunikan dan keindahan alam serta budaya yang dimiliki, Desa Wisata Budaya Tenun Sumber Harapan memiliki potensi yang besar untuk terus berkembang dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Cerita tentang sejarah dan proses pembuatan kain tenun di Sambas sangat menarik. Ketika saya berkunjung ke sana, kita bisa melihat betapa kuatnya akar budaya dan tradisi yang melekat dalam pembuatan kain tenun ini, serta bagaimana hal itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sambas.
Peran perempuan dalam industri tenun, terutama pada masa lalu, sangat dominan. Ini tidak hanya mencerminkan bagaimana pembelajaran dan pengetahuan tentang menenun diwariskan dari generasi ke generasi, tetapi juga bagaimana masyarakat Sambas pada masa lalu menghargai dan memuliakan peran perempuan dalam pelestarian budaya.
Asimilasi budaya dengan pedagang dari India, Cina, dan hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di Sumatera telah membawa pengaruh yang kaya dalam teknik dan motif kain tenun Sambas. Meskipun terdapat kemiripan dengan kain tenun songket Palembang, kain tenun Sambas memiliki ciri khas tersendiri, terutama dalam motif yang digunakan.
Penggunaan alat tenun tradisional menunjukkan kesetiaan masyarakat Sambas terhadap warisan nenek moyang mereka. Meskipun pelatihan tentang penggunaan alat tenun modern telah diterima, mereka tetap memilih untuk menggunakan alat tradisional karena mungkin lebih terbiasa dan merasa hasilnya lebih autentik.