Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kain Jumputan Palembang sebagai Keindahan dan Kekayaan Warisan Budaya

21 Februari 2024   15:01 Diperbarui: 21 Februari 2024   15:07 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikut serta menjaga produk budaya untuk busana keluarga, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kain Jumputan Palembang, sebuah mahakarya seni tekstil yang kaya akan sejarah dan keindahan, telah menjadi salah satu lambang kebanggaan masyarakat Palembang selain songket Palembang.

Dalam artikel sederhana ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang keunikan dan keindahan kain jumputan Palembang, dari sejarah dan asal-usulnya yang kaya, hingga proses pembuatannya yang rumit, motif-motif khas yang mengagumkan, dan pentingnya melestarikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya bangsa.

Kain jumputan Palembang memiliki akar yang dalam dalam sejarah budaya Palembang, dimulai sejak abad ke-7 Masehi. Teknik pembuatan kain ini pertama kali muncul di Tiongkok sebelum menyebar ke beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Di Palembang, kain jumputan telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat sejak masa lampau, mencerminkan keberlanjutan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Palembang.

Pada awalnya, Jumputan Palembang hanya digunakan oleh kaum bangsawan dan keluarga kerajaan sebagai simbol kekayaan dan status sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, kain ini juga digunakan oleh masyarakat umum sebagai busana sehari-hari maupun busana adat pada acara-acara penting seperti pernikahan dan upacara adat.

Proses Pembuatan yang Rumit

Proses pembuatan kain jumputan Palembang memerlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Dimulai dengan pengikatan benang menggunakan tali, benang kemudian direndam dalam larutan pewarna alami sebelum ditenun menggunakan alat tenun tradisional. Tahapan ini membutuhkan waktu pembuatan sekitar 1 minggu hingga 1 bulan lamanya, namun hasil akhirnya adalah kain yang berkualitas tinggi dan memukau.

Proses pembuatan kain Jumputan Palembang memang memerlukan keahlian tinggi dari para perajinnya. Dari proses pengikatan benang dengan tali hingga proses pewarnaan dengan bahan-bahan alami seperti daun mangkokan, manggis, dan mengkudu, setiap langkah diambil dengan hati-hati untuk menghasilkan kain yang berkualitas tinggi.

Setelah benang direndam dalam larutan pewarna alami dan dikeringkan di bawah sinar matahari, tahap selanjutnya adalah proses penenunan menggunakan alat tenun tradisional yang disebut "bukan". Alat ini memungkinkan para penenun untuk menciptakan pola-pola yang indah dan rumit sesuai dengan keinginan.

Kain Jumputan Palembang terkenal dengan keindahan pola-pola geometris, flora, fauna, dan motif-motif tradisional Palembang yang dihasilkan. Warna-warna yang mencolok seperti merah, kuning, hijau, dan biru, menambah pesona estetika kain tersebut.

Yang membuat kain Jumputan Palembang begitu istimewa adalah tidak hanya keindahan pola dan warnanya, tetapi juga proses pembuatannya yang masih mengandalkan teknik tradisional. Keterampilan dan keahlian para penenun dalam menciptakan pola-pola yang kompleks dan indah tidak dapat direplikasi dengan mesin, menjadikan setiap kain yang dihasilkan memiliki nilai seni dan keaslian yang tinggi. Itulah yang membuat kain Jumputan Palembang begitu memukau dan bernilai tinggi dalam warisan budaya Indonesia.

Kain jumputan Palembang biasanya menggunakan bahan sutera dan memiliki berbagai macam motif seperti bintik tujuh, kembang janur, bintik lima, bintik sembilan, cuncung (terong), bintang lima, dan bintik-bintik. Setiap motif memiliki makna dan keunikan tersendiri, mencerminkan keindahan alam dan kekayaan budaya Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun