Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membangun Modal Sosial di Tempat Kerja

16 Februari 2024   08:53 Diperbarui: 16 Februari 2024   09:01 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunci untuk Kesejahteraan dan Produktivitas

Konektivitas di tempat kerja bukan hanya sekadar masalah sosial; ini adalah fondasi bagi produktivitas yang berkelanjutan dan kesejahteraan yang kokoh. Modal sosial, atau "social capital", adalah konsep yang penting dalam konteks ini. Hal ini mencakup jaringan, hubungan, dan koneksi di dalam organisasi atau komunitas.

Sebuah laporan dari McKinsey mengkaji modal sosial dalam konteks organisasi, menyoroti tiga elemen spesifik: akses, motivasi, dan kemampuan untuk membangun dan memelihara koneksi.

Menurut Financial Time, memiliki teman di tempat kerja dapat meningkatkan produktivitas, memperkuat komunikasi, dan membantu perusahaan mempertahankan talenta. Namun, dalam lanskap kerja yang semakin berubah dengan cepat, hanya sebagian kecil pekerja yang melaporkan memiliki sahabat di kantor.

"Koneksi yang lebih longgar di tempat kerja dapat meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas tanpa potensi konflik yang mungkin terjadi pada teman dekat," kata seorang profesor sekolah bisnis.

Fast Company menyoroti pentingnya hubungan dalam meningkatkan kebahagiaan di tempat kerja. Survei Gallup tahun 2023 menemukan bahwa enam dari sepuluh karyawan di seluruh dunia tidak merasa terlibat dalam pekerjaan. Namun, individu dapat memupuk kegembiraan dengan membangun hubungan yang sehat, karena memiliki teman di tempat kerja telah terbukti menjadi tanda kebahagiaan di tempat kerja.

Namun, pandemi COVID-19 telah menyoroti penurunan modal sosial di tempat kerja. McKinsey melaporkan bahwa hanya sekitar seperlima karyawan yang merasa lebih terhubung dengan orang-orang di jaringan mereka. John Parsons, mitra senior McKinsey, menyoroti pentingnya tiga elemen spesifik dalam membangun modal sosial: akses, motivasi, dan kemampuan untuk membangun jaringan.

Mengapa perusahaan memerlukan modal sosial? Jawabannya sederhana: karena itu memfasilitasi kreativitas yang lebih besar, memungkinkan pembelajaran yang lebih baik, dan membantu pekerja memajukan karier mereka.

"Jika kita ingin mendapatkan manfaat penuh dari modal sosial dalam suatu organisasi, kita harus terbiasa dengan ikatan kuat yang menghubungkan orang-orang, sama seperti kita harus terbiasa dengan ikatan lemah yang menghubungkan orang-orang," kata Brooke Weddle, mitra McKinsey.

Meskipun begitu, penting untuk menyadari bahwa pengelolaan modal sosial harus dilakukan dengan fokus pada inklusi. Keterlibatan yang eksklusif atau tidak merata dapat menghasilkan dampak negatif dan menghambat pertumbuhan dan keberhasilan organisasi.

Implementasi Strategi untuk Membangun Modal Sosial di Tempat Kerja

Selain memahami pentingnya modal sosial di tempat kerja, perusahaan juga perlu mengimplementasikan strategi konkret untuk memperkuatnya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Program Mentor-Mentee: Membentuk program mentor-mentee adalah langkah penting dalam membangun modal sosial. Dengan menghubungkan karyawan yang lebih berpengalaman dengan mereka yang baru bergabung atau kurang berpengalaman, perusahaan tidak hanya mendukung pengembangan karir, tetapi juga memfasilitasi hubungan yang kuat di antara anggota tim. Melalui mentoring, karyawan dapat memperoleh wawasan berharga, dukungan, dan panduan yang tidak hanya meningkatkan kinerja mereka, tetapi juga memperdalam hubungan di tempat kerja.
  2. Acara dan Kegiatan Sosial: Mengadakan acara dan kegiatan sosial secara teratur adalah cara yang efektif untuk mempromosikan interaksi dan koneksi di antara karyawan. Mulai dari keluar bersama hingga acara olahraga atau kegiatan amal, inisiatif ini menciptakan kesempatan bagi karyawan untuk berinteraksi di luar konteks pekerjaan. Ini tidak hanya memperkuat ikatan di antara anggota tim, tetapi juga membangun rasa komunitas yang kuat di tempat kerja.
  3. Platform Komunikasi Internal: Membangun platform komunikasi internal yang memfasilitasi interaksi informal antara karyawan adalah langkah proaktif lainnya. Forum online, grup diskusi, atau bahkan aplikasi pesan instan dapat menjadi sarana bagi karyawan untuk saling berbagi minat, hobi, atau bahkan tantangan yang mereka hadapi di tempat kerja. Dengan memfasilitasi komunikasi yang lancar dan kolaborasi antar tim, platform ini memperkuat ikatan di antara karyawan dan mempromosikan budaya kerja yang terbuka dan inklusif.
  4. Kebijakan Fleksibilitas Kerja: Memberikan fleksibilitas dalam jadwal kerja atau opsi untuk bekerja dari jarak jauh adalah langkah yang penting untuk memfasilitasi koneksi di luar lingkungan kerja. Dengan memungkinkan karyawan untuk mengatur waktu mereka dengan lebih baik, perusahaan tidak hanya mendukung keseimbangan kehidupan kerja-pribadi, tetapi juga memperluas kesempatan untuk membangun hubungan di antara rekan kerja.
  5. Budaya Kerja yang Terbuka dan Inklusif: Membangun budaya kerja yang terbuka dan inklusif adalah pondasi bagi pengembangan modal sosial. Ketika semua suara didengar dan dihargai, karyawan merasa lebih nyaman untuk berbagi pengalaman, ide, dan pandangan mereka. Ini menciptakan lingkungan di mana hubungan yang kuat dan kolaborasi yang efektif dapat berkembang, memperkuat modal sosial di antara anggota tim.
  6. Program Kesejahteraan Karyawan: Menyediakan program kesejahteraan karyawan yang mencakup dukungan emosional dan mental adalah langkah yang penting dalam memperkuat koneksi sosial di tempat kerja. Dengan memberikan akses ke sumber daya dan layanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan karyawan, perusahaan tidak hanya memperkuat hubungan di antara tim, tetapi juga memastikan bahwa karyawan merasa didukung dan dihargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun