Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Transformasi Menuju Sistem Kerja Hybrid yang Berkelanjutan di Masa Depan

14 Februari 2024   08:21 Diperbarui: 14 Februari 2024   08:24 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia kerja telah mengalami perubahan dramatis sejak pandemi COVID-19 merebak. Penyebaran virus ini tidak hanya memicu adaptasi cepat dalam lingkungan kerja, tetapi juga mempercepat transformasi struktural yang mungkin akan bertahan dalam jangka panjang. 

Salah satu perubahan paling signifikan adalah adopsi kerja jarak jauh yang semakin luas, memunculkan pertanyaan tentang bagaimana masa depan tempat kerja akan terbentuk. Namun, di tengah perubahan ini, masih ada tantangan dan pertimbangan penting yang harus dihadapi. Mari kita telaah lebih lanjut.

Penyebaran COVID-19 telah mengubah lanskap tempat kerja secara drastis, memunculkan perubahan struktural yang signifikan dalam cara kita bekerja. Namun, pertanyaan yang mengemuka adalah: apakah transformasi ini akan bertahan dalam jangka panjang?

Sebuah analisis yang dilakukan oleh McKinsey mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi kerja jarak jauh secara signifikan, menghasilkan perubahan yang mungkin berkelanjutan di masa depan. Meskipun begitu, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor kunci.

Sebuah temuan menarik adalah bahwa sekitar 20 hingga 25 persen tenaga kerja di negara maju dapat bekerja dari rumah selama tiga hingga lima hari dalam seminggu. Ini menunjukkan bahwa ada permintaan dan kemampuan untuk mengadopsi kerja jarak jauh dalam lingkungan kerja yang lebih luas, memberikan landasan bagi transformasi menuju sistem kerja yang lebih fleksibel.

Meskipun adanya potensi tersebut, lebih dari separuh angkatan kerja memiliki sedikit atau tidak ada peluang untuk bekerja dari jarak jauh. Terutama pada pekerjaan yang memerlukan kehadiran fisik di lokasi atau memerlukan penggunaan mesin khusus, tantangan terkait adaptasi teknologi dan kebutuhan akan interaksi langsung menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan.

Tidak semua pekerjaan cocok untuk dilakukan dari jarak jauh. Aktivitas yang memerlukan interaksi langsung, seperti negosiasi, kolaborasi, dan memberikan umpan balik yang sensitif, mungkin kurang efektif jika dilakukan secara virtual.

Selain itu, ada kekhawatiran terkait dengan melemahnya ikatan budaya dan konektivitas sosial dalam lingkungan kerja yang sepenuhnya jarak jauh. Ini menyoroti pentingnya memahami batasan dan tantangan dalam menerapkan kerja jarak jauh secara holistik.

Menuju Sistem Kerja Hybrid yang Berkelanjutan:

Dalam menghadapi realitas ini, organisasi perlu memperkenalkan sistem kerja hibrid yang menggabungkan elemen kerja jarak jauh dan di tempat. Ini membutuhkan strategi yang cermat dan penyesuaian dalam model operasi perusahaan.

Berikut adalah langkah-langkah kunci yang dapat dilakukan untuk mencapai kinerja dan kesehatan yang berkelanjutan dalam dunia kerja hybrid:

  • Fokus Eksekutif yang Jelas: Penting bagi pemimpin perusahaan untuk memberikan kejelasan strategis kepada karyawan tentang visi dan tujuan perusahaan dalam konteks sistem kerja hybrid. Pembinaan dan empati dari pimpinan juga diperlukan untuk memastikan kesejahteraan dan produktivitas karyawan.
  • Manajemen Berbasis Hasil: Model manajemen yang berfokus pada hasil dan memberdayakan tim lintas fungsi akan menjadi kunci dalam sistem kerja hybrid. Hal ini memungkinkan tim untuk bekerja secara lebih efektif dan manusiawi, dengan memberikan fleksibilitas kepada individu dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
  • Peningkatan Kecepatan Bakat dan Keterampilan: Dalam sistem kerja hybrid, pengembangan bakat dan peningkatan keterampilan karyawan harus dipercepat. Ini dapat dilakukan melalui pengembangan pasar talenta internal, pelatihan formal, dan program pemagangan.
  • Inovasi dalam Kolaborasi: Mencari cara baru dan efektif untuk berkolaborasi, baik secara fisik maupun digital, akan membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan dalam lingkungan kerja hybrid. Penting untuk merancang interaksi dengan sungguh-sungguh dan mengkomunikasikan harapan serta norma kerja kepada seluruh tim.
  • Adopsi Teknologi: Teknologi yang tepat akan menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi dan hasil dalam sistem kerja hybrid. Perusahaan perlu mencari teknologi baru dan menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik serta mempercepat pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam menjawab tantangan ini, sistem kerja hybrid muncul sebagai solusi yang potensial. Dengan memanfaatkan keuntungan kerja jarak jauh sambil menjaga elemen-elemen penting dari kerja berbasis lokasi, organisasi dapat membangun model operasi yang adaptif dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun