Kemarin, Selasa, di hari kedua Januari tahun yang baru 2024, pukul 19.30 WIB, Indonesia kehilangan seorang tokoh ekonomi dan mantan Menko Kemaritiman yang penuh semangat, Rizal Ramli, pada usia 69 tahun. Almarhum menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Perjalanan hidup Almarhum Rizal Ramli yang luar biasa memberikan inspirasi, dan kisahnya yang penuh tantangan mampu merangkul problematika sosial.
Lahir sebagai anak yatim piatu di Padang, Sumatera Barat, pada 10 Desember 1954, Rizal menemukan kekuatannya melalui susah payah untuk membiayai pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Menjadi Presiden Student English Forum dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB, almarhum telah menunjukkan kepemimpinan sejak muda.
Namun, keberaniannya bukan hanya di kampus. Pada tahun 1978, sebagai mahasiswa fisika yang mengagumi Einstein, Rizal terlibat dalam gerakan menentang pemilihan kembali Soeharto sebagai presiden. Kritik-kritiknya mengantarinya ke sel penjara selama 18 bulan. Namun, keberaniannya di masa mudanya menciptakan fondasi untuk perjuangan dan pengabdiannya di masa depan.
Setelah pembebasan, Rizal mengejar pendidikan doktor di Boston University dan kembali ke tanah air dengan semangat untuk membawa perubahan. Bersama-sama dengan sesama ekonom seperti Laksamana Sukardi dan Arif Arryman, ia mendirikan ECONIT Advisory Group, lembaga think-tank ekonomi independen yang menjadi wadah untuk kritik dan analisis kebijakan pemerintah Orde Baru.
Perjalanan profesionalnya mengarahkannya ke jabatan strategis, termasuk menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) pada tahun 2000. Di sana, ia memberikan terobosan yang mengubah wajah perekonomian Bulog dan mengukir prestasi dengan memotong birokrasi yang rumit.
Namun, kariernya tidak berhenti di sana. Rizal kemudian menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan pada era pemerintahan Abdurahman Wahid. Tidak hanya berhasil mengatasi krisis ekonomi, tetapi juga menyelamatkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari kebangkrutan.
Kembali sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada 2015, Rizal Ramli terkenal dengan kritik-kritiknya yang tajam. Dia mendesak perubahan, menentang kebijakan yang dianggapnya tidak tepat, seperti pembelian pesawat dan proyek listrik 35.000 megawatt. Kontroversial, namun suaranya tidak pernah mati.
Pribadi yang gigih, Rizal melewati berbagai fase kehidupan dengan keberanian dan semangat. Dalam hidupnya yang penuh warna, ia menikah, kehilangan istri, dan menikah kembali. Kepribadiannya yang unik mencerminkan keberanian dalam menghadapi kehidupan, baik yang menyenangkan maupun pahit.
Melalui kritiknya, Rizal Ramli mendedikasikan hidupnya untuk kebenaran dan keadilan. Sebagai aktivis, akademisi, dan pejabat pemerintah, ia membuktikan bahwa keberanian untuk berbicara demi kebaikan bersama adalah kunci perubahan yang sejati.
Perjalanan hidup Rizal Ramli memberikan kita hikmah untuk selalu berani menghadapi tantangan, meneriakkan kebenaran, dan mengkritik kebijakan yang tidak adil. Semangatnya yang abadi akan terus memotivasi generasi mendatang untuk berjuang demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Selamat jalan, Rizal Ramli. Semoga perjalananmu ke alam keabadian membawa kedamaian dan inspirasi yang kekal bagi kita semua.