Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siapkah Guru Menghadapi Tantangan Kurikulum Merdeka Belajar?

10 Desember 2023   20:17 Diperbarui: 11 Desember 2023   12:06 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Pendidikan di Indonesia menghadapi transformasi besar dengan digulirkannya kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar. Kebijakan ini diinisiasi oleh Kemendikbudristek sebagai jawaban atas tantangan besar yang dihadapi sistem pendidikan akibat pandemi Covid-19.

Dengan tujuan memberikan kebebasan belajar bagi siswa dan guru, Kurikulum Merdeka Belajar memperkenalkan paradigma baru dalam pembelajaran, menekankan kreativitas, eksplorasi, dan pengembangan kompetensi siswa.

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak serius pada sistem pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tercatat bahwa 70% siswa di Indonesia berada di bawah kompetensi minimum dalam membaca dan menerapkan konsep matematika dasar.

Dalam upaya memulihkan ketertinggalan ini, Kemendikbudristek menciptakan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai solusi revolusioner untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sebagai agen perubahan di kelas, guru memiliki peran kunci dalam kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Dengan perubahan paradigma yang signifikan, dibutuhkan kesiapan dan adaptabilitas dari pihak guru. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu para guru dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka Belajar.

  • Adaptif Terhadap Perubahan: Para guru perlu merubah mindset mereka dan menjadi lebih adaptif terhadap perubahan yang dituntut oleh Kurikulum Merdeka Belajar. Tantangan ini memerlukan keberanian untuk meninggalkan metode pengajaran lama yang mungkin tidak lagi relevan.
  • Fokus pada Materi Esensial dan Pengembangan Kompetensi: Dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar, guru perlu memahami bahwa kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas. Fokus pada materi esensial, terutama literasi dan numerasi, akan membantu siswa mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan.
  • Memahami Siswa Secara Mendalam: Pemahaman mendalam tentang karakter dan potensi siswa adalah kunci keberhasilan guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Hal ini memungkinkan guru untuk memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai.
  • Peta Kemampuan Siswa: Mempunyai peta kemampuan siswa adalah alat yang sangat berguna bagi guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran. Dengan memahami potensi dan kebutuhan siswa, guru dapat lebih efektif membimbing mereka dalam perjalanan belajar mereka.
  • Orientasi yang Holistik: Guru tidak hanya diharapkan untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga harus membimbing siswa dalam menerapkan pengetahuan tersebut dalam konteks praktis. Ini berarti guru perlu memandang siswa sebagai individu yang berkembang secara holistik.

Tips untuk Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar:

Sebagai guru menghadapi paradigma baru Kurikulum Merdeka Belajar, ada beberapa strategi kunci yang dapat diterapkan untuk memastikan pengajaran yang efektif dan memotivasi siswa:

  • Kreativitas dan Fleksibilitas: Guru perlu bersikap kreatif dalam merancang pembelajaran dan fleksibel dalam menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan perkembangan siswa. Inovasi dalam pendekatan pembelajaran dapat meningkatkan daya tarik siswa.
  • Kolaborasi dan Kerja Kelompok: Mendorong kerja kelompok dan kolaborasi antar siswa dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif. Hal ini tidak hanya membangun keterampilan sosial siswa, tetapi juga memperkaya pengalaman pembelajaran mereka.
  • Memberdayakan Siswa: Guru perlu memberdayakan siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, mengajak mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri. Pemberdayaan siswa meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran.
  • Menilai Lebih dari Sekadar Angka: Penilaian tidak hanya terbatas pada angka, melainkan juga melibatkan evaluasi keterampilan, soft-skill, dan pemahaman konsep siswa. Penilaian yang holistik memberikan gambaran lebih lengkap tentang prestasi siswa.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Mengubah Kebiasaan Lama:

Selain mengadopsi praktik baru, guru juga perlu melepaskan kebiasaan lama yang mungkin tidak lagi relevan dalam konteks Kurikulum Merdeka Belajar. Beberapa kebiasaan yang perlu ditinggalkan meliputi:

  • Meninggalkan Pendekatan Satu Ukuran Untuk Semua: Guru perlu menyadari perbedaan individual siswa dan menyesuaikan pendekatan pengajaran mereka. Membuka diri terhadap berbagai gaya belajar meningkatkan efektivitas pembelajaran.
  • Berfokus pada Penilaian Angka Saja: Shift dari fokus hanya pada penilaian numerik menuju penilaian yang lebih holistik. Memberikan perhatian pada aspek kualitatif penilaian mencerminkan kemajuan siswa secara menyeluruh.
  • Mengurangi Ketergantungan pada Buku Teks: Membuka diri terhadap sumber pembelajaran yang beragam, termasuk teknologi dan sumber daya daring. Interaktif dan sumber daya multimedia dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik.
  • Kolaborasi Lebih Daripada Isolasi: Menggeser dari pembelajaran yang terfokus pada individu menjadi lebih mendukung kolaborasi dan kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif membangun keterampilan sosial dan kemampuan bekerja sama siswa.
  • Menolak Praktik Les Tambahan Berbayar: Guru perlu meninggalkan praktik memberikan les tambahan berbayar kepada para siswa dan mendongkrak nilai siswa yang ikut les pada guru tersebut. Praktik ini tidak sejalan dengan semangat kesetaraan dalam Kurikulum Merdeka Belajar dan dapat menciptakan kesenjangan dalam akses pendidikan.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun