Indonesia, sebuah negara yang tengah mengembangkan dunia literasinya, menghadapi tantangan serius terkait krisis ISBN (International Standard Book Number).Â
Tidak hanya disebabkan oleh lonjakan produksi buku yang tidak sejalan dengan tingkat literasi masyarakat, tetapi juga oleh praktik penerbitan buku yang tidak selalu berkualitas.
Walaupun dosen dan guru diwajibkan untuk menulis dan memproduksi buku oleh berbagai undang-undang, terkadang hal tersebut hanya dianggap sebagai syarat sertifikasi, tanpa memperhatikan kualitas sebenarnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dosen diwajibkan untuk menulis dan memproduksi buku sebagai bagian dari tugas akademis mereka.
Namun, pada kenyataannya, praktik penerbitan buku seringkali tidak memenuhi standar kualitas yang seharusnya. Buku kadang-kadang diproduksi sekadar untuk memenuhi kuota atau syarat sertifikasi, bahkan dengan referensi yang kurang mendalam.
Keterbatasan ISBN di Indonesia semakin memperparah situasi. Banyak dosen dan guru hanya mencetak sejumlah kecil eksemplar buku, kemudian menyerahkannya ke Perpustakaan Nasional untuk mendapatkan ISBN.
Akibatnya, buku-buku tersebut tidak beredar secara luas di masyarakat atau dunia pendidikan. Hal ini mengurangi manfaat dari penerbitan buku, yang seharusnya menjadi sarana penting dalam menyampaikan pengetahuan dan menginspirasi pembaca.
QRCBN sebagai Solusi Inovatif
Dalam menghadapi permasalahan keterbatasan ISBN, solusi inovatif muncul dalam bentuk Quick Response Code Book Number (QRCBN). QRCBN adalah aplikasi pengidentifikasi buku yang menggunakan teknologi QR Code.
Setiap buku yang diterbitkan melalui layanan QRCBN mendapatkan Nomor Identifikasi unik. QR Code pada buku tersebut mengandung informasi detail seperti cover, penulis, judul buku, sinopsis, jumlah buku, dan tahun terbit.