Lirik lagu "Nenek Moyangku Orang Pelaut" ciptaan Ibu Sud membawa kita pada perjalanan epik nenek moyang Indonesia yang berani mengarungi samudera luas. Saridjah Niung, nama asli Ibu Sud, lahir di Sukabumi pada 26 Maret 1908, menggambarkan kecintaan nenek moyang terhadap lautan yang menjadi warisan luar biasa bagi Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia.
Lagu ini bukan sekadar melodi, tetapi juga cerita tentang petualangan bangsa ini di lautan. Peninggalan sejarah, seperti relief perahu di Candi Borobudur dan fosil Homo Wajakensis, menjadi saksi bisu keberanian nenek moyang Indonesia dalam menjelajahi lautan.
Namun, pertanyaannya, apakah kita, sebagai negara maritim terbesar, telah mampu mengelola potensi ekonomi kelautan dengan optimal?
Berbagai potensi ekonomi maritim Indonesia, mulai dari perikanan hingga pariwisata bahari, harus dijaga dan dikelola dengan bijaksana. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk Optimalisasi Ekonomi Kelautan. Â
Pariwisata Bahari, misalnya, memiliki potensi besar, merupakan sektor yang menjanjikan. Namun demikian, pertumbuhannya harus didukung oleh upaya pelestarian lingkungan berkelanjutan, penghargaan terhadap budaya lokal, dan partisipasi aktif masyarakat dalam manajemen pariwisata.
Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa ekonomi kelautan tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan secara sosial dan lingkungan. Melibatkan nelayan kecil sebagai pemain utama dalam strategi ekonomi kelautan adalah langkah penting menuju kesejahteraan dan keberlanjutan.
Integrasi Visi Kesejahteraan dalam Ekonomi Kelautan Indonesia
Dengan pemanfaatan potensi ekonomi kelautan yang berkelanjutan, Indonesia dapat mengoptimalkan kekayaan lautnya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Hal tersebut melibatkan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk mencapai tujuan keberlanjutan ini.