Sawahlunto, sebuah kota yang pernah menjadi penghasil utama batubara di masa kolonial Belanda hingga era 1990-an, menghadirkan destinasi wisata yang berbeda dengan sebagian besar kota di Sumatera Barat.
Salah satu obyek wisata menarik yang harus dicoba adalah petualangan menyusuri Lubang Tambang Mbah Soero, sebuah peninggalan bersejarah yang menyimpan cerita menarik dan nuansa mistis yang tak terlupakan.
Sejarah penambangan batu bara di Sawahlunto membawa kita kembali ke masa ketika Belanda mendatangkan buruh paksa dari berbagai penjara di Nusantara seperti Medan, Jawa, Sulawesi, dan daerah-daerah lain. Sebagian besar mereka adalah orang hukuman yang melawan penjajah Belanda di daerahnya.
Para buruh tersebut diberangkatkan dari Pelabuhan Teluk Bayur dan tiba di Sawahlunto melalui transportasi kereta api. Di sini, mereka dikurung di penjara orang rantai dan dipekerjakan untuk membuka Lubang Tambang Soegar.
Kisah ini menceritakan kondisi pahit yang dialami oleh buruh paksa, yang bekerja dalam kondisi yang sangat tidak manusiawi. Kaki mereka dirantai, makanan sangat terbatas, dan hukuman cambuk seringkali menghantui mereka. Namun, pengorbanan dan penderitaan mereka menjadi bagian dari sejarah perjuangan melawan penjajahan.
Pada awal abad ke-20, Belanda mendatangkan mandor dari Jawa, termasuk seorang yang dikenal sebagai Mbah Soero. Mbah Soero diangkat menjadi mandor karena ilmu kebatinan dan kepribadian baiknya.
Dalam tugasnya mengawasi penambangan di Lubang Soegar, Mbah Soero dikenal sebagai pahlawan pejuang penambangan, yang menjalani hari-harinya dengan disiplin, ketekunan, dan dedikasi.
Pemberian nama Lubang Tambang Mbah Soero sebagai penghormatan terhadap Mbah Soero adalah pengingat yang mengharukan akan peran pentingnya dalam sejarah kawasan ini.
Petualangan Menuju Lubang Tambang Mbah Soero