Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menyelamatkan Lingkungan dengan Transformasi Industri Kimia

2 November 2023   20:28 Diperbarui: 2 November 2023   20:30 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: McKinsey.com

Komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi fokus utama di berbagai sektor, termasuk industri kimia.

Menurut penelitian McKinsey, pada awal tahun 2023, 66 persen pengguna akhir bahan kimia terbesar di Eropa telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK pada tahun 2030, sementara 37 persen di antaranya telah menjanjikan target net-zero pada tahun 2050.

Di Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di Eropa, industri ini bertujuan untuk mengurangi emisi CO2 sekitar 35 persen pada tahun 2030. Namun, mencapai emisi nol bersih dalam industri kimia adalah tantangan besar yang memerlukan langkah-langkah nyata.

Industri kimia memainkan peran penting dalam berbagai sektor ekonomi, tetapi produksinya juga menghasilkan emisi GRK yang signifikan.

Beberapa proses kunci dalam pembuatan bahan kimia menghasilkan CO2 sebagai produk sampingan, dan banyak produk kimia terbuat dari karbon, yang dapat melepaskan CO2 atau metana saat dibakar atau diurai sebagai bagian dari pengelolaan limbah. Faktor-faktor ini mempersulit industri kimia untuk mengurangi emisi guna mencapai emisi nol bersih.

Untuk mengatasi tantangan pengurangan emisi GRK, industri kimia perlu menginvestasikan dalam bahan baku berkelanjutan dan teknologi konversi yang ramah lingkungan.

Salah satu solusi adalah menggunakan bahan baku yang bersumber dari sumber-sumber berkelanjutan, seperti biomassa dan CO2. Tetapi tantangan lain muncul dalam mencocokkan bahan baku dan teknologi konversi yang sesuai dengan produk dan lokasi yang tepat.

Rekarbonisasi adalah kunci untuk mengurangi emisi dan mengakselerasi perjalanan menuju keberlanjutan. Ini melibatkan penggunaan bahan baku berkelanjutan, seperti biomassa atau CO2 yang ditangkap dan diubah menjadi bahan baku kimia.

Rekarbonisasi mengurangi emisi dengan memulai dari karbon yang disediakan oleh CO2 di atmosfer, bukan dari sumber berbasis fosil. Ini adalah pendekatan inovatif yang berpotensi mengubah industri kimia.

Namun, rekarbonisasi juga memiliki tantangan. Perusahaan perlu mengembangkan kriteria evaluasi seputar ketersediaan bahan baku, kinerja keberlanjutan, kematangan teknologi, dan keekonomian. Kolaborasi antara perusahaan kimia dan pemasok mereka dalam memastikan praktik pertanian yang efisien dan berkelanjutan juga menjadi kunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun