Dalam dunia bisnis yang kompetitif, perusahaan yang sukses menyadari pentingnya memastikan karyawan mereka merasa bahagia dan terlibat. Karyawan yang bahagia dan terlibat lebih cenderung produktif, setia, dan berkontribusi positif terhadap kesuksesan organisasi.
Namun, berdasarkan penelitian McKinsey, lebih dari separuh karyawan melaporkan bahwa mereka merasa relatif tidak produktif di tempat kerja.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada beragam tingkat keterlibatan dan kepuasan di antara karyawan, dan kurang bahagia dapat memiliki konsekuensi serius bagi perusahaan.
Mengidentifikasi Beragam Arketipe Pekerja
Dalam penelitian terbaru, McKinsey mengidentifikasi enam arketipe pekerja dalam spektrum kepuasan, keterlibatan, kinerja, dan kesejahteraan. Dalam analisis ini, McKinsey membahas setiap arketipe dan seberapa besar porsi angkatan kerja yang diwakili oleh masing-masing:
- Orang yang Menyerah:Â Kelompok ini terdiri dari karyawan berkinerja tinggi yang merasa diremehkan dan kecewa. Mereka memiliki potensi besar, tetapi perusahaan perlu berupaya untuk melibatkan kembali mereka.
- Pengganggu:Â Kelompok ini secara aktif melepaskan diri dan cenderung melemahkan semangat orang lain. Meskipun perilaku mereka bisa berdampak negatif, perusahaan harus mempertimbangkan bagaimana mereka memperlakukan kelompok ini.
- Agak Tidak Terlibat: Karyawan dalam kelompok ini melakukan pekerjaan sesuai minimum yang diperlukan, tetapi tidak lebih. Mereka mungkin merasa tidak puas atau tidak terlibat, dan perusahaan harus mencari cara untuk meningkatkan keterlibatan mereka.
- Fenomena Double-Dippers:Â Perusahaan harus mengatasi fenomena ini jika terjadi di organisasi mereka melalui peraturan dan kebijakan yang lebih ketat.
- Dapat Diandalkan dan Berkomitmen:Â Ini adalah karyawan yang dapat diandalkan dan berkomitmen, yang melampaui kewajiban mereka. Perusahaan harus menjaga dan mendukung mereka karena mereka merupakan inti organisasi.
- Bintang yang Berkembang: Bintang-bintang ini adalah karyawan langka yang memberikan nilai yang besar bagi perusahaan. Mereka menciptakan nilai dan mengangkat derajat orang lain. Perusahaan perlu merancang strategi khusus untuk merawat dan memotivasi mereka.
Kerugian Bagi Pekerja yang Tidak Bahagia
Mengenali beragam tingkat keterlibatan dan kepuasaan karyawan dalam organisasi adalah langkah penting menuju peningkatan produktivitas dan kesejahteraan perusahaan secara keseluruhan. Karyawan yang merasa bahagia dan terlibat cenderung bekerja lebih baik, lebih lama, dan dengan semangat yang lebih tinggi.
Namun, apa yang terjadi ketika karyawan tidak bahagia? Perusahaan dapat menghadapi sejumlah kerugian serius:
- Penurunan Produktivitas: Karyawan yang tidak bahagia cenderung kurang produktif. Mereka mungkin kurang termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik, membuat lebih banyak kesalahan, atau bahkan melambat dalam menyelesaikan tugas.
- Tingkat Absensi yang Tinggi:Â Karyawan yang tidak bahagia mungkin lebih cenderung absen atau terlambat. Mereka bisa merasa malas untuk datang ke kantor atau merasa stres sehingga sering absen.
- Tingkat Retensi Rendah: Karyawan yang tidak bahagia cenderung mencari pekerjaan lain atau meninggalkan perusahaan. Ini dapat menyebabkan tingkat retensi yang rendah dan memaksa perusahaan untuk mengeluarkan banyak sumber daya untuk merekrut dan melatih pengganti.
- Konflik di Tempat Kerja:Â Karyawan yang tidak bahagia dapat merusak budaya perusahaan yang positif. Mereka mungkin merembeskan energi negatif ke rekan-rekan kerja lainnya dan mengurangi semangat kerja secara keseluruhan.
- Dampak pada Reputasi Perusahaan: Jika karyawan yang tidak bahagia berbicara negatif tentang perusahaan kepada rekan-rekan mereka atau bahkan di media sosial, ini dapat merusak reputasi perusahaan di mata calon karyawan dan pelanggan.
Untuk mengatasi kerugian ini, perusahaan perlu berinvestasi dalam meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan karyawan mereka.
Investasi tersebut dapat mencakup penyediaan dukungan kesejahteraan, program pelatihan, promosi keseimbangan kerja-hidup, dan pendekatan yang lebih tersegmentasi dalam meningkatkan kinerja karyawan sesuai dengan kebutuhan mereka.