Bayangkan jika, dengan izin Allah, tiba-tiba Rasulullah Muhammad SAW muncul dan mengetuk pintu rumah kita hari ini, tepat di malam peringatan Maulid Nabi.
Beliau datang dengan senyuman lembut di wajahnya, dan kita tentu akan sangat terkejut dan bahagia. Kita akan segera memeluknya erat dan mengundangnya masuk ke dalam rumah kita. Kemudian, kita mungkin akan memintanya untuk menginap beberapa hari di sini, menandakan kerinduan kita untuk mendekatkan diri kepada beliau.
Namun, mungkin saja kita harus memintanya menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat akan berbagai tontonan di berbagai platform di berbagai peralatan canggih milik kita yang mungkin tidak pantas kita tonton bersama Rasulullah dalam malam yang suci ini.
Beliau tentu akan tetap tersenyum dan mengerti...
Atau mungkin kita sadar ada gambar-gambar yang tidak pantas di ruang tamu kita, sehingga kita harus segera menyembunyikannya. Kita akan memindahkan buku-buku atau barang-barang yang mungkin akan membuat Rasulullah merasa tidak nyaman.
Ini adalah langkah konkret kita dalam membersihkan hati kita dari segala sesuatu yang bisa mengganggu hubungan kita dengan Rasulullah.
Beliau tentu akan tetap tersenyum...
Bagaimana jika Rasulullah benar-benar setuju untuk menginap di rumah kita? Kita mungkin akan merasa malu karena tidak mengenalinya dengan baik. Kita mungkin merasa terhina karena tidak menghafal Shalawat yang seharusnya kita ucapkan padanya.
Barangkali kita baru teringat bahwa kita lebih hapal lagu-lagu terkini daripada menghapal Shalawat bagi Rasulullah SAW. Ini adalah saatnya untuk merenungkan dan memperdalam pengetahuan kita tentang beliau, serta menguatkan koneksi spiritual kita.