Pandemi COVID-19 telah menjadi titik balik dalam kesadaran dunia akan urgensi pencegahan penyakit menular yang berpotensi merenggut nyawa manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para negosiator dari berbagai negara telah lama berdiskusi mengenai perjanjian pandemi untuk meningkatkan kesiapan global dalam menghadapi ancaman serupa di masa depan.
Salah satu permasalahan utama dalam diskusi ini adalah pembagian biaya untuk mengusir patogen hewan dan upaya pencegahan yang mahal. Pandemi COVID 19, bersama dengan penyakit-penyakit mematikan lainnya seperti Ebola dan Nipah, telah menyoroti bahwa patogen-patogen ini sering berasal dari hewan liar.
Faktor risiko seperti penggundulan hutan, perubahan iklim, urbanisasi yang pesat, dan perdagangan satwa liar dapat memicu perpindahan patogen dari hewan ke manusia.
Menurut laporan dari Reuters, sebelum pertemuan yang diadakan oleh WHO pada hari Senin ini (4 September 2023), negosiator masih berbeda pendapat mengenai hal-hal spesifik dalam perjanjian tersebut.
Salah satu kendala terbesar yang dihadapi adalah pendanaan untuk negara-negara miskin. Negara-negara berkembang yang sudah berjuang mendapatkan sumber daya untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakatnya memerlukan lebih banyak dana jika ingin berinvestasi dalam upaya pencegahan.
Hal tersebut termasuk langkah-langkah seperti peningkatan pengawasan terhadap penyakit-penyakit baru, upaya untuk memerangi deforestasi, dan lebih banyak pengawasan terhadap pembangunan di wilayah-wilayah yang rentan terhadap dampak baru.
Pentingnya pencegahan dalam mengatasi potensi pandemi di masa depan telah diakui oleh banyak pakar kesehatan. Upaya pencegahan yang efektif dapat mencakup pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi memicu penyebaran patogen, pemeliharaan habitat satwa liar yang sehat, dan pengendalian perdagangan satwa liar yang berpotensi menjadi vektor penyakit.
Namun, perdebatan yang masih berlanjut tentang pendanaan untuk negara-negara miskin mencerminkan kesenjangan dalam persepsi dan kepentingan antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin.