Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelajaran dari Masyarakat Jepang yang Kekurangan Generasi Muda Produktif

28 Juli 2023   12:54 Diperbarui: 11 November 2024   21:31 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.reuters.com/world/asia-pacific/japans-population-falls-while-foreign-residents-rise-record-govt-2023-07-26/?

Hati-Hati Mengikuti Tren Childfree

Tren childfree, atau memilih untuk tidak memiliki anak, semakin berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Beberapa pasangan memutuskan untuk mengambil jalan ini karena berbagai alasan pribadi, seperti fokus pada karier, kebebasan pribadi, atau ketidakpastian ekonomi.

Meskipun pilihan ini merupakan hak setiap individu, perlu hati-hati dalam mengambil keputusan tersebut karena dapat berdampak besar pada masa depan masyarakat, terutama terkait keberlanjutan populasi dan pertumbuhan ekonomi.

Studi kasus yang menarik untuk dipelajari adalah kondisi di Jepang, di mana tren childfree telah menyebabkan kekurangan Warga Negara Jepang usia muda dan produktif yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan.

Jepang telah mengalami penurunan tingkat kelahiran selama beberapa dekade terakhir. Banyak pasangan muda di Jepang yang enggan menikah atau memilih untuk tidak memiliki anak.

Beberapa faktor yang berperan dalam tren childfree ini termasuk perubahan nilai sosial, tekanan pekerjaan yang tinggi, dan penundaan pernikahan.

Penurunan tingkat kelahiran di Jepang menyebabkan kekurangan Warga Negara Jepang usia muda dan produktif. Hal ini berdampak serius pada berbagai aspek kehidupan di negara tersebut:

  1. Penurunan Angkatan Kerja: Kekurangan tenaga kerja usia muda dan produktif mengakibatkan berkurangnya daya saing ekonomi Jepang. Kehilangan angkatan kerja muda dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara dan daya saingnya di tingkat global.
  2. Penuaan Penduduk: Kekurangan Warga Negara Jepang usia muda dan produktif berarti proporsi populasi yang lebih besar adalah orang tua atau lansia. Ini dapat menyebabkan beban yang lebih besar pada sistem kesehatan dan perawatan orang tua.
  3. Penurunan Konsumsi: Kurangnya generasi muda yang memiliki daya beli dapat menyebabkan penurunan konsumsi, yang berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.

Kondisi di Jepang memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat awam di Indonesia:

  1. Memperhatikan Implikasi Keputusan Pribadi: Memilih childfree adalah hak individu, namun penting untuk mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari keputusan tersebut terhadap masyarakat dan negara.
  2. Mendukung Keluarga dan Pernikahan: Mendorong pernikahan dan keluarga yang bahagia serta memberikan dukungan bagi pasangan yang ingin memiliki anak adalah langkah penting untuk menjaga keberlanjutan populasi dan pertumbuhan ekonomi.
  3. Keseimbangan Antara Karier dan Keluarga: Upaya untuk menciptakan keseimbangan antara karier dan kehidupan keluarga dapat membantu masyarakat mencapai pilihan yang seimbang dalam mengambil keputusan childfree atau memiliki anak.

Tren childfree perlu dihadapi dengan hati-hati. Studi kasus di Jepang menunjukkan bahwa kekurangan Warga Negara Jepang usia muda dan produktif dapat menyebabkan masalah serius bagi masyarakat dan perekonomian.

Masyarakat di Indonesia perlu memperhatikan dampak jangka panjang dari keputusan pribadi mereka terhadap keberlanjutan populasi dan pertumbuhan ekonomi negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun