Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memori Permainan Tradisional "Setatak" dari Riau Sejak Masa Penjajahan Belanda

16 Juli 2023   18:09 Diperbarui: 16 Juli 2023   18:16 4616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permainan tradisional adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya suatu daerah. Di Riau, terdapat permainan yang populer disebut "Setatak". Permainan ini tidak hanya menjadi hiburan bagi anak-anak, tetapi juga memiliki cerita dan kenangan yang terkait dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia.

Selain itu, terdapat juga permainan yang mirip dengan "Setatak" di berbagai daerah di Indonesia dan negara lain.

Artikel ini akan menjelaskan tentang permainan tradisional "Setatak" dari Riau, cara permainannya, serta variasi permainan serupa yang ditemukan di daerah lain di Indonesia dan negara lain.

Permainan "Setatak" adalah permainan tradisional yang populer di Riau. Biasanya dimainkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan dengan usia antara 6 hingga 12 tahun. 

Sebelum permainan dimulai, anak-anak bergotong-royong menggaris tanah untuk membuat lapangan permainannya. Setiap pemain menyiapkan ucak atau gacuk (sebutan di daerah lain), yang terbuat dari pecahan piring yang diasah dan dibulatkan.

Permainan ini dimainkan tidak ada kaitannya dengan adat istiadat setempat dan tidak ada kaitannya dengan suatu kepercayaan agama. Setatak ini hanya sebagai hiburan dan penyalur kreativitas anak-anak.

Mengenai latar belakang sosial budaya permainan ini, dalam pelaksanaannya dapat dimainkan oleh siapa saja, dengan tidak membeda-bedakan kelas atau kelompok masyarakat. Anak-anak orang kaya, anak-anak orang miskin, ataupun anak-anak keturunan bangsawan, anak orang kebanyakan menjadi satu dalam kelompok bermain.

Di dalam permainan, masing-masing berusaha lebih kreatif, lebih cekatan, dan lebih mahir dari teman-teman bermainnya. Namun demikian, semua pelaku permainan tersebut tampak patuh pada peraturan permainan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Diperkirakan, permainan setatak mulai tumbuh dan berkembang di daerah in sekitar 1930-an. Permainan ini menjadi sangat berkembang sekitar tahun 1950-an. Ketika zaman Belanda, permainan ini dimainkan dengan anak-anak dan diawasi oleh guru kelasnya.

Setelah Indonesia merdeka, permainan ini sering dimainkan di sore hari dan ketika di sekolah tanpa perlu diawasi oleh guru kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun