Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengembangkan Tradisi Makan Bajamba/Bajambau untuk Memperkuat Persatuan Bangsa

7 Mei 2023   10:09 Diperbarui: 7 Mei 2023   10:23 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengembangkan Tradisi Makan Bajamba dari Minangkabau atau Bajambau dari Riau sebagai Bentuk Penguatan Persatuan dan Keberagaman Masyarakat Indonesia"

Makan bajamba atau bajambau merupakan tradisi makan yang memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat Minangkabau, terutama di Luhak Nan Tigo (Tanah Datar, Agam, Limopuluh Kota) dan Riau (terutama di Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi). Selain sebagai acara yang mengumpulkan keluarga dan kerabat, tradisi ini juga memiliki beberapa makna dan simbolisme.

Salah satu makna dari makan bajamba adalah sebagai bentuk persatuan dan kebersamaan antara orang-orang yang makan bersama dalam satu kelompok. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dalam mengambil makanan dari dulang, dan harus menyelesaikan makanannya secara bersama-sama. Hal ini melambangkan solidaritas dan kekompakan antar anggota kelompok.

Selain itu, makan bajamba juga melambangkan kesederhanaan dan kejujuran. Setiap anggota kelompok harus makan seadanya dan tidak boleh menyisakan makanan dalam piringnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap anggota kelompok harus menghargai makanan dan tidak berlebihan dalam mengambil makanan.

Sumber gambar: Dokpri Merza Gamal
Sumber gambar: Dokpri Merza Gamal

Dalam masyarakat Minangkabau, penyelenggaraan makan bajamba biasanya dipercayakan kepada tokoh adat atau orang yang memiliki status sosial yang tinggi. Makan bajamba juga menjadi salah satu acara yang menunjukkan status sosial seseorang dalam masyarakat Minangkabau.

Sementara itu, pada masyarakat Riau, makan bajambau dilangsungkan pada acara adat seperti pernikahan, khitanan, atau acara penting lainnya. Acara ini biasanya dihadiri oleh banyak orang dari berbagai kalangan, termasuk tokoh adat dan tokoh masyarakat. Makan bajambau juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antar anggota kelompok dan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang datang.

Sumber gambar: Dokpri Merza Gamal
Sumber gambar: Dokpri Merza Gamal

Meskipun tradisi makan bajamba atau bajambau di Minangkabau dan Riau memiliki perbedaan dalam pelaksanaan, simbolisme dan makna yang terkandung dalam tradisi ini tetap sama, yaitu sebagai bentuk persatuan, kebersamaan, kesederhanaan, dan kejujuran.

Tradisi makan bajamba atau bajambau di masyarakat Minangkabau dan Riau sudah mulai pudar. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan gaya hidup dan nilai budaya yang semakin bergeser. Salah satu faktor yang menyebabkan pudarnya tradisi ini adalah karena adanya pengaruh dari budaya barat dan modernisasi yang semakin merambah ke masyarakat. Selain itu, perubahan pola hidup masyarakat yang semakin sibuk dan padat membuat tradisi ini sulit untuk dilakukan.

Namun, meskipun tradisi makan bajamba atau bajambau sudah mulai pudar, masih banyak orang yang masih menjaga dan melestarikan tradisi ini. Beberapa kelompok masyarakat di Sumatera Barat dan Riau masih sering melaksanakan tradisi makan bajamba atau bajambau pada acara-acara tertentu, seperti pada acara adat, pernikahan, atau acara penting lainnya.

Upaya untuk melestarikan tradisi makan bajamba atau bajambau juga terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat melalui berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan tradisi ini kepada masyarakat luas. Diharapkan dengan adanya upaya tersebut, tradisi makan bajamba atau bajambau bisa tetap bertahan dan tidak hilang dari budaya masyarakat Minangkabau dan Riau.

Sementara itu di Jakarta dan sekitar, mulai banyak dikenalkan budaya makan bersama dalam satu talam seperti makan bajamba atau makan bajambau tersebut saat berbuka bersama puasa sunah Senin-Kamis atau saat makan sahur bersama pada bulan Ramadan di masjid-masjid besar (Masjid Raya atau Masjid Jamik). Akan tetapi hidangannya berbeda dengan makan bajamba pada Masyarakat Minangkabau atau makan bajambau pada masyarakat Riau. Hidangannya biasanya nasi mandi atau nasi kebuli yang merupakan alkulturasi kuliner dari Timur Tengah dengan masyarakat Betawi. Hal ini menunjukkan adanya variasi dalam praktik makan tradisional di Indonesia yang tergantung pada budaya dan lokasi geografis masyarakatnya.

Sumber gambar: Dokpri Merza Gamal
Sumber gambar: Dokpri Merza Gamal

Untuk melestarikan tradisi makan bajamba atau makan bajambau, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan. Pertama, masyarakat dapat terus mempraktikkan tradisi ini pada acara-acara adat atau keagamaan yang diadakan di daerah masing-masing. Masyarakat juga dapat mengadakan festival atau acara kuliner yang menampilkan makanan tradisional ini sebagai bagian dari upaya mempromosikan keberagaman budaya Indonesia.

Kedua, para peneliti dan ahli budaya dapat melakukan penelitian dan dokumentasi tentang tradisi makan bajamba atau makan bajambau. Dengan mengumpulkan informasi dan data yang lengkap tentang tradisi ini, dapat membantu meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Ketiga, pemerintah juga dapat turut serta dalam upaya melestarikan tradisi ini, baik melalui dukungan dalam bentuk anggaran atau program pengembangan budaya. Pemerintah dapat mempromosikan makanan tradisional ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia dan memfasilitasi upaya-upaya pemeliharaannya.

Keempat, media juga dapat berperan dalam mempromosikan tradisi makan bajamba atau makan bajambau ini kepada masyarakat luas. Melalui tayangan televisi, radio, atau media online, masyarakat dapat mempelajari tentang keunikan dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini.

Dengan upaya-upaya ini, diharapkan tradisi makan bajamba atau makan bajambau dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian yang penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Hal ini juga dapat membantu memperkuat persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia dalam semangat "Bhineka Tunggal Ika".

Upaya melestarikan tradisi makan bersama seperti makan bajamba atau bajambau tersebut menjadi sangat penting, terutama dalam membangun rasa kebersamaan di tengah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat perlu terus mendorong pemeliharaan dan pengembangan tradisi ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun