Namun, meskipun tradisi makan bajamba atau bajambau sudah mulai pudar, masih banyak orang yang masih menjaga dan melestarikan tradisi ini. Beberapa kelompok masyarakat di Sumatera Barat dan Riau masih sering melaksanakan tradisi makan bajamba atau bajambau pada acara-acara tertentu, seperti pada acara adat, pernikahan, atau acara penting lainnya.
Upaya untuk melestarikan tradisi makan bajamba atau bajambau juga terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat melalui berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan tradisi ini kepada masyarakat luas. Diharapkan dengan adanya upaya tersebut, tradisi makan bajamba atau bajambau bisa tetap bertahan dan tidak hilang dari budaya masyarakat Minangkabau dan Riau.
Sementara itu di Jakarta dan sekitar, mulai banyak dikenalkan budaya makan bersama dalam satu talam seperti makan bajamba atau makan bajambau tersebut saat berbuka bersama puasa sunah Senin-Kamis atau saat makan sahur bersama pada bulan Ramadan di masjid-masjid besar (Masjid Raya atau Masjid Jamik). Akan tetapi hidangannya berbeda dengan makan bajamba pada Masyarakat Minangkabau atau makan bajambau pada masyarakat Riau. Hidangannya biasanya nasi mandi atau nasi kebuli yang merupakan alkulturasi kuliner dari Timur Tengah dengan masyarakat Betawi. Hal ini menunjukkan adanya variasi dalam praktik makan tradisional di Indonesia yang tergantung pada budaya dan lokasi geografis masyarakatnya.
Untuk melestarikan tradisi makan bajamba atau makan bajambau, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan. Pertama, masyarakat dapat terus mempraktikkan tradisi ini pada acara-acara adat atau keagamaan yang diadakan di daerah masing-masing. Masyarakat juga dapat mengadakan festival atau acara kuliner yang menampilkan makanan tradisional ini sebagai bagian dari upaya mempromosikan keberagaman budaya Indonesia.
Kedua, para peneliti dan ahli budaya dapat melakukan penelitian dan dokumentasi tentang tradisi makan bajamba atau makan bajambau. Dengan mengumpulkan informasi dan data yang lengkap tentang tradisi ini, dapat membantu meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Ketiga, pemerintah juga dapat turut serta dalam upaya melestarikan tradisi ini, baik melalui dukungan dalam bentuk anggaran atau program pengembangan budaya. Pemerintah dapat mempromosikan makanan tradisional ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia dan memfasilitasi upaya-upaya pemeliharaannya.
Keempat, media juga dapat berperan dalam mempromosikan tradisi makan bajamba atau makan bajambau ini kepada masyarakat luas. Melalui tayangan televisi, radio, atau media online, masyarakat dapat mempelajari tentang keunikan dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini.
Dengan upaya-upaya ini, diharapkan tradisi makan bajamba atau makan bajambau dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian yang penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Hal ini juga dapat membantu memperkuat persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia dalam semangat "Bhineka Tunggal Ika".
Upaya melestarikan tradisi makan bersama seperti makan bajamba atau bajambau tersebut menjadi sangat penting, terutama dalam membangun rasa kebersamaan di tengah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat perlu terus mendorong pemeliharaan dan pengembangan tradisi ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H