Tradisi Mahanta Pabukoan adalah sebuah tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Riau dan Minangkabau di Sumatera Barat. Tradisi ini dilakukan selama bulan Ramadhan ketika umat Muslim berpuasa dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri.
Mahanta Pabukoan artinya adalah "menghantarkan makanan untuk berbuka puasa kepada keluarga". Biasanya, pada sore hari menjelang waktu berbuka puasa, para ibu-ibu dan anak-anak perempuan memasak berbagai hidangan khas Ramadhan seperti ketupat, lemang, opor ayam, rendang, asam padeh, serta berbagai jenis kue kering dan basah.
Setelah hidangan selesai dimasak, para perempuan tersebut akan membawa hidangan-hidangan tersebut ke rumah keluarga dan kerabat yang tinggal dekat. Mereka akan membawa hidangan tersebut dalam sebuah baskom atau tampah yang dilapisi dengan kain berwarna-warni yang disebut "taruang".
Taruang atau dalam bahasa Indonesia disebut "piring anyaman" adalah sebuah alas makanan tradisional yang terbuat dari anyaman daun pandan atau daun nipah. Taruang ini biasanya dilapisi kain motif batik atau tenunan khas. Taruang biasanya digunakan dalam acara-acara adat atau upacara adat di daerah Sumatera Barat dan Riau, termasuk dalam tradisi Mahanta Pabukoan.
Fungsi utama dari taruang adalah untuk menyajikan makanan secara lebih indah dan teratur. Selain itu, taruang juga dianggap sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan dalam adat istiadat setempat. Oleh karena itu, penggunaan taruang dalam tradisi Mahanta Pabukoan menjadi sangat penting dan biasanya dihias dengan berbagai warna yang cerah dan menarik perhatian. Pada keluarga kalangan atas, taruang ini berupa talam (baki bulat besar) yang terbuat dari tembaga sepuh emas.
Setelah sampai di rumah keluarga atau kerabat, para perempuan akan menaruh hidangan tersebut di atas meja makan. Selanjutnya, para anggota keluarga dan kerabat yang berpuasa akan mengucapkan doa bersama sebelum memulai berbuka puasa. Setelah berbuka puasa, mereka akan menikmati hidangan bersama-sama.
Pada tradisi Mahanta Pabukoan, keluarga yang menghantarkan makanan biasanya tidak langsung ikut berbuka di rumah keluarga yang menerima hantaran tersebut. Mereka hanya mengantarkan makanan dan memberikan salam serta doa kepada keluarga yang menerima hantaran tersebut.
Hal ini dikarenakan tradisi Mahanta Pabukoan lebih menekankan pada nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan, di mana keluarga yang menghantarkan makanan ingin menunjukkan rasa sayang dan kasih sayangnya kepada keluarga yang menerima hantaran tersebut. Selain itu, tradisi ini juga menunjukkan rasa penghargaan dan hormat kepada keluarga dan kerabat yang dihormati.
Namun, ada juga keluarga yang menerima hantaran pabukoan yang mengundang keluarga yang menghantarkan makanan untuk ikut berbuka puasa bersama sebagai bentuk silaturahmi dan kebersamaan. Namun, hal ini tergantung dari kesepakatan dan adat istiadat yang berlaku di masing-masing daerah dan keluarga.
Tradisi Mahanta Pabukoan memiliki makna yang sangat dalam dalam budaya Minangkabau dan Riau. Tradisi  Mahanta Pabukoan merupakan bentuk solidaritas sosial dan saling berbagi antara keluarga dan kerabat di bulan suci Ramadhan. Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar keluarga dan kerabat.