FIFA membatalkan drawing atau pengundian grup Piala Dunia U-20 yang sedianya digelar di Bali pada Jumat (31/3/2023) pekan ini yang diperkirakan banyak pihak karena terjadinya pro kontra atas kehadiran Tim Nasional Israel dalam turnamen tersebut.
Sementara nasib penyelenggaraan Piala Dunia FIFA U20 2023 di Indonesia menjadi tanda karena keikutsertaan Tim Nasional Israel, di Israel sendiri sedang terjadi demonstrasi besar-besaran yang hampir menimbulkan kerusuhan dalam negeri mereka.
Israel dilanda kekacauan Minggu hingga Senin kemarin (26-27 Maret 2023) yang diguncang protes besar-besaran warganya sendiri. Sebanyak 80.000 orang berkumpul di Tel Aviv meneriakkan yel-yel demokrasi. Sejumlah massa memblokir jalan dan jembatan, serta melakukan pembakaran. Beberapa juga dilaporkan bentrok dengan polisi berkuda, sebagaimana dilaporkan oleh berbagai media International. Israel pun sempat disebut menteri ekonominya Nir Barkat, sedang terancam "perang saudara".
Protes massa tersebut dipicu atas pemecatan kepala pertahanan Israel dan rencana merombak peradilan oleh koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Selain kontroversi terkait rencana merombak peradilan, ada kemungkinan bahwa protes dan kekacauan di Israel juga dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah Netanyahu secara keseluruhan. Beberapa masyarakat mungkin merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah terkait masalah ekonomi, sosial, dan politik.
Selain itu, tindakan pemerintah dalam menangani protes dan kekacauan juga dapat memicu lebih banyak protes. Jika pemerintah menggunakan kekerasan atau tindakan yang tidak proporsional dalam menangani protes, hal ini dapat memicu kemarahan dan lebih banyak protes di masa depan.
Sebelum terjadinya protes masyarakat secara besar-besar dalam pekan akibat pemecatan kepala pertahanan dan rencana perubahan sistem peradilan Israel yang memberi pemerintah kontrol lebih besar atas penunjukan Mahkamah Agung. Sementara itu, Netanyahu telah dihadapkan pada beberapa tuntutan korupsi selama bertahun-tahun, termasuk dugaan menerima suap dan pelanggaran kepercayaan publik.
Beberapa contoh kasus tuntutan korupsi terhadap Netanyahu termasuk kasus "Case 1000" dan "Case 2000", di mana Netanyahu dituduh menerima hadiah dari pengusaha kaya dan mengatur kesepakatan dengan pemilik media untuk memberikan liputan yang menguntungkan. Ada juga "Case 4000", di mana Netanyahu dituduh memberikan pengaruh yang tidak sewajarnya kepada seorang pemilik perusahaan telekomunikasi besar dalam pertukaran liputan positif di media.
Tuntutan korupsi terhadap Netanyahu telah menyebabkan kemarahan di kalangan masyarakat Israel, karena korupsi dianggap sebagai ancaman serius terhadap integritas pemerintahan dan sistem hukum. Hingga saat ini persidangan Netanyahu masih berlangsung dan belum ada keputusan hukum yang final dikeluarkan. Netanyahu membantah semua tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai upaya politik untuk menggulingkannya dari kekuasaan.
Belum jelas apakah kerusuhan di Israel yang terjadi pekan ini terkait dengan kasus korupsi tersebut atau tidak. Namun, situasi politik yang tegang di negara itu selama beberapa tahun terakhir, termasuk sengketa yang berkelanjutan antara Netanyahu dan oposisi, mungkin juga memainkan peran dalam kerusuhan tersebut. Beberapa faktor yang mungkin memicu kerusuhan di Israel meliputi:
- Ketegangan antara warga Israel dan Palestina. Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade dan seringkali memicu ketegangan antara warga Israel dan Palestina. Kontroversi terkait hak kepemilikan tanah dan akses ke situs-situs suci di Jerusalem juga dapat memperburuk situasi.
- Kebijakan pemerintah yang kontroversial. Beberapa kebijakan pemerintah Israel, seperti kebijakan pembangunan permukiman di wilayah Tepi Barat yang diduduki, dapat menjadi sumber ketidakpuasan bagi beberapa warga Israel dan masyarakat internasional.
- Perbedaan politik dan sosial. Seperti di negara-negara lain, Israel juga memiliki perbedaan politik dan sosial yang signifikan di antara masyarakatnya. Perbedaan ini dapat memicu ketegangan dan konflik dalam masyarakat.
Sekutu kuat Israel, Amerika Serikat melalui pernyataan Gedung Putih yang dikeluarkan pada Minggu malam, 26 Maret 2023 (waktu setempat) mendesak "para pemimpin Israel untuk menemukan kompromi secepat mungkin" saat protes di sana berkembang.