Apak Tjiptadinata, seorang Kompasianer Senior, Â baru saja menulis di Kompasiana tentang "Perbedaan Orang Padang dan Orang Minang". Â Memang, banyak orang menyamakan semua orang Minang adalah orang Padang. Sebagaimana, banyak juga orang menyamakan orang Sunda dengan orang Bandung bagi orang-orang yang berasal dari Jawa Barat, dan orang Batak dengan orang Medan bagi orang-orang yang berasal dari Sumatera Utara.
Padahal tidak semua orang yang berasal dari Jawa Barat adalah orang Sunda apalagi orang Bandung. Selain suku Sunda, di Jawa Barat juga ada suku Cirebon (yang tersebar di Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, Majalengka bagian Utara, dan hingga ke Losari-Brebes di Jawa Tengah). Demikian pula dengan orang yang berasal dari Sumatera Utara, mereka tidak semuanya suku Batak. Apalagi menyamakan orang Batak dengan orang Medan, karena di Medan sendiri adalah asalnya suku Melayu Deli. Selain itu di Sumatera Utara ada pula suku Mandailing yang tidak mau disebut sebagai orang Batak sebab adatnya yang berbeda. Di sampin ada pula Suku Nias di Kepualauan Nias.
Padang merupakan ibukota Sumatera Barat sejak Provinsi Sumatera Tengah pada tahun 1957 sudah tidak tercatat sebagai provinsi Indonesia setelah dibubarkan dengan UU Darurat No. 19 Tahun 1957 dan dimekarkan menjadi provinsi Sumatra Barat, Riau dan Jambi. Provinsi Sumatera Tengah dahulu memiliki ibukota di Bukittinggi.
Minangkabau dikenal sebagai salah satu suku besar di Indonesia yang sebagian besar masyarakat mengetahuinya sebagai suku bangsa yang berasal dari Sumatera Barat, sehingga banyak orang mengidentikkan orang Minang adalah orang Padang, bahkan semua masakan Minang pun disebut sebagai masakan Padang.Â
Kakek Merza banyak belajar tentang Minangkabau ketika tahun 1998-1999 rencananya akan membuat skripsi tentang Warisan Adat Minangkabau dan sempat tinggal 2 bulan untuk observasi dan pengumpulan data, tetapi karena waktu itu transportasi Bandung-Padang tidak selancar sekarang, maka akhirnya skripsi berubah menjadi Pasar Modal yang sedang booming saat itu. Di samping itu, Kakek Merza banyak belajar tentang Minangkabau selama jadi Branch Manager sebuah Bank Nasional di Sumatera Barat pada tahun 2002 hingga 2004.
Dalam kenyataan yang ada di lapangan, tidak semua wilayah Sumatera Barat adalah wilayah Adat Minangkabau. Di Sumatera Barat terdapat suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, dan suku Mandailing di Pasaman Barat, dan suku Batak perbatasan Kabupaten Pasaman dengan Provinsi Sumatera Utara.
Suku Minangkabau sendiri, juga terbagi dua yang dikenal sebagai Minang Darek (dari Luhak Nan Tigo) dan Urang Rantau (terbagi dua atas Rantau Hilia dan Rantau Mudiak). Keragaman suku Minangkabau ini digambarkan dengan Pasambahan Siriah Carano yang mengungkapkan 5 daerah asal Orang Minangkabau yang kemudian mengamalkan Adat Minangkabau yang turun dari Nagari Pariangan. Kelima daerah tersebut adalah:
- Luhak Tanah Data (meliputi kabupaten Tanah Datar, sebagian Sawahlunto, Sijunjuang, dan Solok yang berpusat di Batusangkar) yang dilambangkan dengan Sirih;
- Luhak Agam (meliputi Ampek Angkek, Lawang Nan Tigo Balai, dan nagari Sakaliliang Danau Maninjau  yang berpusat di Bukitinggi) yang dilambangkan dengan Pinang;
- Luhak Limopuluah (berpusat di Payakumbuh yang terletak di sepanjang batang Sinamar, daerah  sekitar gunung Sago bagian utara dan barat, sehiliran batang Lampasi dan Batang Agam, dan sampai ke wilayah Kabupaten Kampar di Provinsi Riau hingga Sipisau-pisau Hanyuik atau yang dikenal sebagai Pekanbaru sekarang) yang dilambangkan dengan Gambir;
- Rantau Hilia (meliputi wilayah Mudiak Batanghari, Malayu Batanghari di Provinsi Jambi dan Kuantan Inderagiri di Provinsi Riau) yang dilambangkan dengan Tembakau;
- Rantau Mudiak (meliputi wilayah Rantau Pasisia Panjang di Pantai Barat Sumatera) yang dilambangkan dengan Sadah/Kapur. Sadah ini terbuat dari kerang laut yang ditumbuk.
Asal muasal orang Minangkabau diyakini berasal suatu desa di puncak dan lereng Gunung Merapi di Kabupaten Tanah Datar dekat Kota Padangpanjang sekarang yang dikenal dengan nagari Pariangan. Nagari atau Desa Pariangan ini oleh media pariwisata dari New York, Amerika, Travel Budget pada 2012 dinobatkan sebagai desa terindah di dunia.
Ketika nenek moyang orang Minangkabau masih tinggal di Nagari Pariangan, terdapat tiga sumur (luhak). Oleh karena penduduknya semakin berkembang, lama-kelamaan nagari itu terasa sempit, hingga akhirnya mereka mencari daerah baru. Salah satu dari ketiga sumur itu terletak di tanah yang datar. Orang yang biasa minum dari sumur tersebut pindah ke suatu tempat, yang kemudian dinamakan Luhak Tanah Data, sesuai tempat sumur mereka. Luhak disini mengandung makna "kurang", jadi daerah yang tanahnya kurang datar. Jadi, sesungguhnya Luhak Tanah Data itu wilayahnya berbukit-bukit dan berlembah-lembah.