Beberapa hari ini di Kompasiana lagi ramai pembahasan isu child free. Banyak yang mempertanyakan dan membahas hal tersebut sebagai menyalahi kodrat sebagai manusia yang ingin melanjutkan keturunan.Â
Namun, tak sedikit yang mendukung, baik secara tersurat maupun tersirat dari berbagai artikel maupun komen-komen yang menanggapi artikel tersebut.
Sebagai salah satu orang yang sudah manula dan dianggap kolot oleh sebagian Kompasianer dan masyarakat umum di luar sana, isu keinginan child free bagi generasi sekarang terasa bagaikan sesuatu yang tidak alami dan mengingkari kodrat.
Sebagai pengalaman pribadi, Kakek Merza pernah mengalami betapa rindunya punya anak sendiri. Dari masih remaja, Kakek Merza sudah suka dengan bayi dan anak-anak.Â
Oleh karena itu banyak ponakan-ponakan yang sekarang sudah pada punya anak menjelang remaja, sangat lengket dengan Kakek Merza dari bayi hingga mereka sudah jadi orangtua saat ini. Hal tersebutlah yang menyebabkan sebutan Kakek Merza sudah ada dari tahun 2005, saat Kakek Merza masih berusia kepala empat.
Kakek Merza, secara usia cukup lambat dikaruniakan Allah untuk mendapatkan titipan bayi kandung. Setelah menikah pada tahun 1994, istri Kakek Merza mengalami keguguran sebanyak 4 kali sebelum lahirnya si sulung.Â
Istri Kakek Merza ternyata memiliki antibody tinggi di atas normal, sehingga setiap benda asing di tubuh istri Kakek Merza dilawan oleh antibody tersebut, termasuk janin yang sedang dikandung.
Setiap kehamilan memasuki bulan ke-4, pertumbuhan janin dalam Rahim istri Kakek Merza berhenti. Kemudian karena tidak ada perkembangan, setelah kehamilan genap 4 bulan, terpaksa harus dikeluarkan melalui tindakan kuretase. Hal tersebut baru diketahui penyebabnya setelah keguguran yang kedua. Kemudian, istri Kakek Merza pun mengikuti pengobatan agar saat hamil tidak mengalami lagi hal yang sama.
Namun demikian, pada saat kehamilan ketiga, masalah yang sama tetap terjadi. Setelah keguguran kembali, istri Kakek Merza terus menjalani proses pengobatan. Ketika enam bulan berlalu setelah keguguran terakhir, dokter pun mempersilahkan kami untuk program kehamilan kembali.
Akan tetapi, takdir Allah untuk memiliki bayi kandung masih belum waktunya untuk kami. Pada kehamilan ke-4 kami mulai harap-harap cemas, ketika lewat bulan ke-4 janin masih berkembang, tidak berhenti seperti kehamilan-kehamilan sebelumnya.