Dalam kehamilan ke-4 ini, istri Kakek Merza mendapat terapi suntikan hormon di perutnya setiap minggu untuk menjaga perkembangan janin. Terapi itu cukup mahal pada masa itu. Sekali suntik butuh dana lebih dari Rp300.000,-. Saat itu, satu dollar masih Rp 425,- Pada saat ini, harga sekali suntik tersebut sekitar Rp 10.000.000,-.
Rupanya, nasib baik untuk mendapatkan bayi belum berpihak kepada kami. Pada kehamilan 6 bulan, istri saya mengalami pendarahan. Singkat cerita, janin harus kembali dikeluarkan melalui tindakan kuretase.
Keluarga kami, baik dari pihak Kakek Merza maupun dari pihak istri, menasehati untuk menerima takdir dan jangan lagi berharap punya anak kandung. Akan tetapi, istri Kakek Merza memang luar biasa tekadnya untuk mendapatkan bayi.Â
Tanpa menyerah, dia kembali melakukan terapi dengan dokter konsultan masalah obgyn. Setelah diperkenankan hamil kembali, Kakek Merza dan istri pergi umrah ke Tanah Suci untuk memperkuat ikhtiar dengan doa di Baitullah. Alhamdulillah, bulan depan sepulang umrah ketika diperiksa dokter, istri Kakek Merza kembali hamil untuk yang ke-5.
Oleh karena pengalaman yang lalu, setelah kehamilan lewat dari 3 bulan, istri Kakek Merza harus menjalani bedrest hingga masa kelahiran datang. Di samping itu, seperti kehamilan sebelumnya, untuk mempertahankan perkembangan janin harus disuntik hormon di perut setiap mingggu dengan harga obatnya sekitar USD 700. Walaupun kata orang upaya mendapatkan bayi yang mahal, tetapi tetap kami jalani.
Alhamdulillah, pekan ke pekan, bulan ke bulan berlalu, kehamilan memasukis bulan ke-9. Ada lagi cobaan yang harus kami hadapi. Ketika pemeriksaan terakhir, semuanya baik-baik saja, janin dalam kondisi sehat. Namun, sepekan kemudian saat check menjelang pekan kelahiran, ternyata berat janin berkurang dari berat sepekan sebelumnya. Tetapi, detak jantung dan lain-lainnya normal. Dokter pun memutuskan untuk operasi hari itu juga. Hari itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Kakek Merza pun langsung mengurus segala administrasi operasi dan mendapatkan kamar perawatan. Begitu semua urusan administrasi selesai, istri Kakek Merza pun masuk kamar dan menjalani segala pemeriksaan dan persiapan sebelum operasi dijalankan. Untungnya di mobil Kakek Merza sejak pemeriksaan sepekan yang lalu telah membawa koper dan segala peralatan yang dibutuhkan selama bersalin untuk emergency.
Operasi direncanakan jam 17.30, dan satu jam sebelumnya istri Kakek Merza pun sudah dibawa ke ruang operasi. Namun karena berdekatan dengan waktu buka puasa, dan melihat kondisi istri Kakek Merza yang masih bisa menunggu, maka para dokter dan tenaga kesehatan berbuka puasa terlebih dahulu. Baru setelah buka puasa selesai, operasi dijalankan.
Kakek Merza dan keluarga yang menyusul ke rumahsakit menunggu harap-harap cemas berlangsungnya operasi tersebut. Kami pun berbuka puasa kurang tenang, grasak grusuk ketika itu.
Sekitar satu jam setelah dikabarkan operasi telah berjalan, Kakek Merza pun dipanggil ke dalam ruang operasi. Alhamdulillah, si sulung yang telah ditunggu bertahun-tahun, akhirnya lahir dengan selamat, lengkap segala tubuh dan paca inderanya. Kemudian bayi itupun segera diazankan dan di-iqomat-kan.