Ketika Anda memikirkan masa depan pekerjaan, apa yang Anda bayangkan? Kantor yang kurang lebih terlihat seperti sekarang ini? Pabrik penuh robot? Atau sesuatu yang lain sama sekali?
Dunia kerja bergeser dan berubah seiring waktu sebagaimana perubahan yang terjadi pada dunia umumnya. Pekerjaan masa depan mengacu pada perspektif informasi tentang apa yang perlu diketahui oleh bisnis dan organisasi lain tentang bagaimana pekerjaan dapat berubah. Perubahan akibat digitalisasi dan tren lainnya, ditambah bagaimana tenaga kerja dan tempat kerja dapat mempersiapkan perubahan tersebut, besar dan kecil.
Dunia kerja sedang berubah, sama seperti dunia itu sendiri, meskipun tidak ada yang bisa memprediksi masa depan dengan pasti. Dengan melihat ke depan bagaimana pekerjaan akan berubah, bersama dengan tren yang memengaruhi tenaga kerja dan tempat kerja, maka akan dapat membantu Anda atau organisasi Anda bersiap menghadapi masa depan.
Kajian McKinsey Global Institue yang dilakukan pada delapan negara (Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Jepang, Spanyol, Inggris Raya, dan Amerika Serikat) dengan model ekonomi dan pasar tenaga kerja yang beragam, telah memetakan masa depan pekerjaan di tingkat tertinggi. Â Kajian McKinsey tersebut mempertimbangkan permintaan tenaga kerja potensial, kombinasi pekerjaan, dan keterampilan tenaga kerja yang akan dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Analisis dilakukan juga dengan mengamati diluar delapan negara di atas yang mencakup hampir separuh populasi dunia dan lebih dari 60 persen PDB dunia.
Beberapa temuan utama dari laporan Kajian McKinsey Global Institute terkait pekerjaan masa depan dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Satu dari 16 pekerja mungkin harus berganti pekerjaan pada tahun 2030 atau lebih dari 100 juta pekerja di delapan negara yang diteliti. Pandemi Covid-19 telah mempercepat transisi tenaga kerja tersebut.
- Pekerjaan berketerampilan tinggi (misalnya, di bidang kesehatan atau sains, teknologi, teknik, dan matematika [STEM]) menjadi konsentrasi pertumbuhan pekerjaan. Di lain sisi, pekerjaan berketerampilan menengah dan rendah (seperti layanan makanan, pekerjaan produksi, atau peran dukungan kantor) akan mengalami penurunan.
- Beberapa kategori pekerjaan akan mengalami pertumbuhan dibandingkan pekerjaan lain. Seperti, munculnya e-commerce yang menciptakan permintaan akan pekerja gudang; investasi dalam ekonomi hijau akan meningkatkan kebutuhan teknisi turbin angin; populasi yang menua di banyak negara maju akan meningkatkan permintaan perawat, pembantu kesehatan rumah, dan teknisi alat bantu dengar. Demikian pula para guru serta instruktur pelatihan juga akan terus mendapatkan pekerjaan sepanjang dekade mendatang.
- Beberapa jenis pekerjaan mungkin akan lebih berisiko: misalnya, kebutuhan pegawai  toko kelontong semakin berkurang dengan terpasangnya konter pembayaran mandiri, dan permintaan beberapa pekerja kantoran akan berkurang seiring penggunaan robot untuk memproses dokumen rutin.
Masa depan pekerjaan berubah sebenarnya  mengubah hidup dan mata pencaharian, telah terjadi sebelum COVID-19. Pandemi mempercepat tiga tren luas yang akan terus membentuk kembali pekerjaan seiring dengan berkurangnya dampak krisis dengan prediksi sebagai berikut:
- Kerja jarak jauh (WFH) dan pertemuan virtual (hybrid) kemungkinan akan terus berlanjut, meskipun tidak seintensif saat puncak pandemi.
- E-commerce dan jenis transaksi virtual lainnya seperti telemedicine, perbankan online, dan hiburan streaming melonjak dan tumbuh dua hingga lima kali lipat dari tingkat pra Covid-19. Selain itu peralihan ke transaksi digital juga mendorong pertumbuhan pekerjaan pengiriman, transportasi, dan gudang.
- Adopsi teknologi digital yang lebih cepat, termasuk otomatisasi dan AI (Artificial Intelligence) terdorong oleh pandemi Covid-19. Perusahaan menggunakan AI dan otomasi untuk mengendalikan biaya atau mengurangi ketidakpastian. AI juga mulai diterapkan di gudang, toko kelontong, pusat panggilan, dan lokasi manufaktur untuk mengurangi kepadatan tempat kerja atau menangani permintaan barang yang melonjak.
Oleh karena itu, memahami tren makro dalam ekonomi global ini sangat penting untuk merencanakan masa depan. Penyebaran Covid-19 meratakan hambatan budaya dan teknologi yang menghalangi pekerjaan jarak jauh. Pandemi memicu pergeseran struktural di mana pekerjaan berlangsung, setidaknya bagi sebagian orang.
Analisis McKinsey Global Institute tentang potensi kerja jarak jauh menunjukkan bahwa 20 hingga 25 persen tenaga kerja di negara maju dapat bekerja dari rumah (WFH) dalam kisaran tiga hingga lima hari seminggu. Kondisi tersebut berarti empat hingga lima kali lebih banyak pekerjaan jarak jauh daripada sebelum Covid-19.
Namun demikian, lebih dari separuh tenaga kerja memiliki sedikit kesempatan atau tidak mungkin untuk bekerja jarak jauh. Misalnya, pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan di tempat atau mesin khusus, seperti melakukan CT scan yang harus dilakukan sendiri di tempat (tetapi mungkin bisa saja ke depan karena kemajuan teknologi dapat dikerjakan dari jarak jauh).