Keruntuhan, penularan, dan keruntuhan beruntun cryptocurrency terjadi begitu cepat pada tahun 2022, sehingga investor mengajukan pertanyaan eksistensial yang serius.Â
Tahun 2023, menurut berbagai sumber (Reuter, 20 Desember 2022), dunia keuangan tradisional dapat menggunakan crypto malaise untuk mengambil platform dan aset di dunia blockchain, menerbitkan obligasi dan saham yang diberi token atau bahkan mungkin meluncurkan lebih banyak mata uang digital bank sentral.
Blockchain merupakan sesuatu yang rumit dan tidak mudah ditembus karena banyak berkaitan dengan mekanisme konsensus. Â Pada dasarnya mekanisme konsensus merupakan cara pengguna blockchain menyetujui riwayat transaksi, sekarang dan masa depan.
Blockchain merupakan teknologi yang memungkinkan berbagi informasi secara aman, Â sebagai database (tempat data disimpan), dan buku besar (buku akun tempat transaksi dicatat).Â
Blockchain merupakan jenis database atau buku besar terdistribusi yang menjadi salah satu tren teknologi teratas saat ini. Kekuatan untuk memperbarui data didistribusikan di antara node jaringan komputer publik atau pribadi.Â
Model tersebut dikenal sebagai teknologi ledger terdistribusi, atau DLT (Distribution Ledger Technology) yang memberikan insentif bagi node untuk memperbarui blockchain dalam bentuk token atau mata uang digital.
Cryptocurrency merupakan sistem tersentralisasi yang tidak memiliki catatan fisik atau pertukaran koin.Â
Konsekuensinya, tidak ada bank atau otoritas pusat lainnya untuk melacak berapa banyak uang yang ada di setiap akun dan apakah transaksi itu sah atau menyalahi peraturan.Â
Setiap pihak yang berpartisipasi dalam jaringan, atau setiap node, memerlukan cara lain untuk tetap memantau buku besar dan transaksi.
Untuk itu, agar blockchain berfungsi, setiap node memerlukan akses ke database yang sama dan terus diperbarui. Oleh karena itu, semua node pada blockchain mencapai konsensus merupakan hal yang penting dalam setiap perubahan pada saat konsensus tercapai.Â