Saat mendapat kekalahan, kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dan menunjukkan akhlak kita saat mendapat kekalahan. Saat mendapat kemenangan, kita bisa menunjukkan akhlak kita sebagai pemenang, di samping mendapat banyak pelajaran kehidupan.
Gagal dan sukses, kalah dan menang sudah menjadi iradah-Nya dalam kehidupan. Namun, yang paling penting tetap berada di jalur yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran agama baik saat kalah atau menang, saat gagal atau sukses.
Dengan demikian, semua keadaan yang kita alami menjadi kebaikan bagi kita. Hal itulah keunggulan yang membedakan kita sebagai dari orang yang menomorsatukan dunia, sedangkan akhirat dinomorduakan.Â
Mereka mati-matian mengejar kenikmatan dunia. Â sedangkan ridha Allah diabaikan. Kadar ketergantungan mereka kepada Allah pun semakin berkurang, semangat ibadah semakin melemah, ingatan akan mati dan kehidupan setelah mati pun semakin memudar.
Keadaan seperti mereka itu, dikatakan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Al-Fawa'id adalah, "Semakin cinta manusia terhadap dunia semakin malas dari ketaatan dan amal akhirat sesuai dengan kadarnya."
Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa pengobatan dan perbaikan, niscaya akan berlakulah kepadanya apa yang disampaikan Rasulullah SAW, "Siapa menjadikan dunia sebagai ambisi terbesarnya, niscaya Allah akan cerai beraikan urusannya. Allah jadikan kefakiran di depan matanya, dan dia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai dengan apa yang telah ditetapkan baginya." (HR Ahmad)
Wallahua'lam bishowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H