Beberapa pekan terakhir "Quiet Quitting" menjadi viral di Tiktok. Pengguna TikTok dapat menemukan hampir 4 juta tampilan dan sejumlah besar video dengan tema yang sama dengan mencari 'Quiet Quitting' di TikTok.
Kemudian media internasional pun membahas tentang fenomena "Quite Quiting" tersebut dari berbagai sudut pandang. Â Belum ditemukan definisi tunggal dari istilah 'quiet quitting' yang tengah ramai jadi pembahasan di kalangan para pekerja millennial dan Gen Z saat ini. Bagi sebagian orang, 'quiet quitting' berarti menetapkan batasan dan tidak melakukan pekerjaan tambahan; sementara bagi yang lain, 'quiet quitting' berarti tidak ambisius.
Namun demikian, sebagian besar setuju bahwa 'quiet quitting' tidak berarti Anda meninggalkan pekerjaan. Quiet Quitting menekankan pentingnya keseimbangan kehidupan kerja. Mode terbaru berfokus pada tidak berlebihan di tempat kerja, dan hanya berfokus pada tugas inti dari posisi tersebut.
Pada Kompasiana, tanggal 31 Agustus 2022, Kakek Merza seorang transisiator Baby Boomer-Gen X menulis artkel "Memaknai 'Quite Quitting' pada Kalangan Pekerja Gen Z". Kemudian keesokan harinya muncullah beberapa millennium dan Gen Z menulis topik yang sama, dan semuanya menjadi Headline (Artikel Utama) oleh Admin Kompasiana.
Quite quitting menarik perhatian jutaan orang. Apa artinya? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap organisasi?
Sebagai pelanggan Gallup at Work dari Gallup, Inc. (yang merupakan perusahaan konsultasi manajemen kinerja global asal Amerika Serikat yang didirikan oleh George Gallup pada tahun 1935 dan dikenal karena jajak pendapat publik yang dilakukan dan digunakan di seluruh dunia oleh perusahaan mutinasional), pada tanggal 6 September 2022, Kakek Merza menerima email yang salah satunya membahas tentang hasil Kajian Gallup Workplace tentang "Is Quiet Quitting Real?". (Apakah Quite Quitting Itu Nyata?)
Menurut Kajian Gallup Workplace, kecenderungan untuk berhenti secara diam-diam (quiet quitting) yang menyebar secara viral di media sosial bahwa jutaan orang tidak bekerja terlalu keras dan hanya memenuhi deskripsi pekerjaan mereka, bisa menjadi lebih buruk.Â
Masalah ini timbul karena sebagian besar pekerjaan saat ini memerlukan beberapa tingkat upaya ekstra untuk berkolaborasi dengan rekan kerja dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
Sehubungan dengan itu, Gallup melakukan survei secara acak pada 15.091 karyawan penuh dan paruh waktu berusia 18 tahun ke atas, yang disurvei pada Juni 2022 di Amerika Serikat.Â