Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memahami Krisis Pangan Global serta Langkah Penangulangannya

31 Juli 2022   09:28 Diperbarui: 31 Juli 2022   09:37 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Memahami Krisis Pangan Global serta Langkah Penangulangannya (Photo oleh Merza Gamal di Batusangkar-Sumatera Barat)

Perang di Ukraina yang dimulai bulan Februari 2022 telah meningkatkan risiko krisis pangan global. Hingga saat ini, kita masih berada di tengah krisis pangan yang akan berimplikasi multiyears. Kita sebagai masyarakat dunia perlu menyadari kondisi tersebut.

Secara khusus, krisis tersebut telah muncul dalam harga biji-bijian, yang menandakan betapa buruknya situasinya dan seberapa pendeknya kita. Pada bulan Februari, ada titik ketika harga gandum naik sekitar 60 persen, walau sekarang telah turun menjadi sekitar 20 persen dari posisi Februari. Harga jagung naik sekitar 30 persen pada satu titik, sekarang naik sekitar 20 persen.

Walaupun harga-harga komoditi pangan tersebut sudah tidak setinggi harga di awal invasi Rusia ke Ukraina, tetapi bukan berarti kita telah keluar dari masalah krisis pangan yang masih menghantui dunia. Pandangan yang lebih positif tentang kondisi tersebut adalah di mana harga pangan telah turun dan tentang berapa banyak orang yang mampu membeli makanan mereka.

Sebagian pihak masih cukup khawatir tentang di mana kita akan berada dalam beberapa bulan ke depan, terutama untuk negara-negara yang bergantung pada bantuan pangan atau negara-negara di mana jutaan orang akan menghadapi krisis keuangan yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan. Kondisi tersebut benar-benar masih di depan kita, bahwa pertanian akan menjadi tantangan di beberapa bagian dunia selama beberapa tahun ke depan, terutama karena harga input kemungkinan akan tetap tinggi.

Perlu pula kita pahami, bahwa sebelum perang di Ukraina, kita juga ingat bahwa masalah inflasi telah ada terlebih dahulu. Melihat angka inflasi makanan AS di Triwulan-3 dan Triwulan-4 tahun 2021 cukup signifikan dalam kategori makanan dan minuman. Inflasi tersebut memang dipercepat oleh berbagai krisis, dan saat ini berada padai level yang belum pernah terjadi dalam sekitar satu dekade terakhir.

Perang di Ukraina memperburuk keadaan di negara-negara yang sudah merasakan krisis pangan. Pada negara-negara miskin, lebih banyak uang dan pendapatan yang diperoleh orang-orang masuk ke makanan. Jadi, ketika harga makanan naik secara signifikan, maka terjadi tekanan yang lebih besar pada mereka daripada sebaliknya. Namun demikian, hal tersebut bukan hanya masalah pada negara-negara miskin, juga akan menjadi tantangan bagi banyak orang di seluruh dunia.  

Akibat konflik di Ukraina, ada perkiraan bahwa sekitar delapan juta hektar tanah subur telah hilang dan berpotensi lebih banyak lagi karena cangkang yang tersisa di ladang. Kondisi tersebut berarti kita akan kekurangan apa yang berasal dari Ukraina dalam beberapa tahun ke depan.

Para pemimpin negara diharapkan dapat merespon kejutan-kejutan yang terjadi akibat iinvasi dan perang di Ukraina. Menurut Josh Katz (salah seorang Mitra McKinsey) dalam episode The McKinsey Podcast 15 Juli 2022, bahwa dalam jangka pendek, kita perlu memastikan bahwa gabah yang dipanen dapat dipasarkan dengan menemukan cara kreatif untuk memastikan biji-bijian yang ada di Ukraina bisa keluar. Memang telah terjadi kemajuan luar biasa dalam hal itu, meskipun pelabuhan sangat dibatasi. Turunnya harga tanaman (walau masih lebih tinggi dari Februari 2022) adalah karena kreativitas orang-orang untuk membawa biji-bijian ke luar negeri.

Strategi untuk membantu dalam jangka pendek telah melibatkan beberapa negara. Sekitar 20 negara sejauh ini telah memberlakukan beberapa bentuk pembatasan perdagangan atau ekspor, yang menghilangkan beberapa fleksibilitas dari sistem. Dalam jangka pendek, pembatasan tersebut menambah tantangan untuk memindahkan biji-bijian ke seluruh dunia sesuai kebutuhan, jadi kita akan melihat apakah beberapa dari pembatasan tersebut akan membantu sistem secara lebih luas.

Apa yang harus dipikirkan setelah melewati musim ini adalah bagaimana menebus apa yang hilang dari produksi rata-rata di Ukraina. Dunia harus menyadari bahwa sistem pertanian cukup mengesankan karena hampir setiap tahun ada semacam kejutan pada sistem tersebut. Misalnya terjadi kekeringan di satu tempat, atau produksi di tempat yang berbeda dengan lokasi penanaman, serta pengaruh besar dari sistem perdagangan yang terjadi selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun