Tahap Kedua, Afektif
Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan, sehingga nilai-nilai yang ada dalam shared values terinternalisasi dalam perilaku (behavior) insan perusahaan. Seluruh insan perusahaan terampil menerapkan nilai-nilai perusahaan menjadi karya sebagai hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Tahap Ketiga, Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik, sehingga shared values yang telah terinternalisasi dalam perilaku sudah menjadi nilai-nilai dalam kehdipan sehari-hari insan perusahaan. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, sehingga values yang telah terimplementasi dalam berperilaku dapat menjadi budaya perusahaan.
Prinsip Taksonomi diciptakan oleh Benjamin Samuel Bloom yang dibuat berdasarkan lima prinsip dalam belajar. Adapun beberapa prinsip belajar tersebut diterapkan dalam pembudayaan adalah sebagai berikut:
1. Kematangan Jasmani dan Rohani
Kematangan jasmani maksudnya adalah usia para insan perusahaan sudah dewasa dan kondisi fisik cukup kuat untuk melaksanakan kegiatan pembudayaan. Sedangkan kematangan rohani maksudnya adalah kemampuan insan perusahaan secara psikologis untuk mengikuti kegiatan pembudayaan.
2. Kesiapan
Seorang insan perusahan harus memiliki kesiapan ketika hendak melakukan kegiatan internalisasi dan implementasi nilai menjadi budaya perusahaan. Kesiapan ini mencakup kesiapan fisik, mental, motivasi, minat, serta perlengkapan proses pembudayaan.
3. Memahami Tujuan
Setiap insan perusahaan harus memiliki pemahaman mengenai arah tujuan melakukan kegiatan internalisasi dan implementasi nilai budaya perusahaan serta apa manfaat yang akan diperoleh. Dengan pemahaman tersebut maka insan perusahan akan lebih siap dalam kegiatan pembudayaan.
4. Memiliki Kesungguhan
Kegiatan pembudayaan harus disertai dengan kesungguhan agar hasil yang diperoleh dapat memuaskan sehingga tidak membuang-buang waktu dan tenaga.
5. Mengulang-ulang dan Evaluasi
Dengan melakukan pengulangan maka materi-materi internalisasi shared values akan terimplementasi dalam perilaku insan perusahaan akan meresap dalam psikomotorik sehingga menjadi budaya perusahaan yang utuh. Dan, untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan serangkaian evaluasi.
Budaya Perusahaan berfungsi memecahkan masalah dasar organisasi untuk bertahan di lingkungan eksternal dan mengintegrasikan proses internal yang memastikan kelangsungannya. Karena struktur organisasi dan sikap serta persepsi orang merupakan artefak kunci dari suatu budaya, keduanya harus diubah sebelum transformasi budaya menyeluruh perusahaan dapat terjadi. Proses Taksonomi Bloom sangat membantu terlaksananya transformasi budaya perusahaan di suatu institusi.
Biasanya, transformasi dimulai pada tahap formatif sebagai kekuatan pertumbuhan positif yang membutuhkan pembangunan, berkembang menjadi model budaya yang kompleks dan beragam, dan akhirnya pada titik pematangan, sering menjadi tidak berfungsi. Pada titik inilah pemimpin, sering beralih ke berbagai model perubahan sebagai sarana mempertahankan perusahaan.
Peran pemimpin dalam formasi budaya telah bergeser saat ini. Namun demikian, perubahan mendasar yang bertujuan dan mendasar dalam organisasi jarang terjadi di perusahaan yang sustainable (berkelanjutan) dan di bawah kepemimpinan yang efektif. Oleh karena itu, kepemimpinan budaya perlu dinilai lebih jelas mengingat lingkungan internal dan eksternal organisasi yang berubah dengan cepat.